MEKANISME ADAPTASI MORFOLOGI KEDELAI (Glycine
max (L.) Merril)
TERHADAP CEKAMAN NAUNGAN
LAPORAN
OLEH :
JAMSON HASINTONGAN T. / 110301040
AGROEKOTEKNOLOGI 1A
KELOMPOK 1
LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulisan laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Adapun judul laporan ini adalah “Adaptasi Morfologi Kedelai (Glycine max (L.) Merril)
terhadap Cekaman Naungan” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat
mengikuti praktikal test di Laboratorium Ekologi Tanaman, Program Studi
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Dra. Ir. Chairani
Hanum, MSi; Nini Rahmawati, SP, M.Si, Ir. Irsal, MP, Ir. Yaya Hasanah, MP, dan Ir.
Haryati, MP selaku dosen mata kuliah Ekologi Tanaman. Terimakasih yang sama juga
penulis ucapkan kepada abang dan kakak asisten yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun.
Ahkirnya
penulis mengucapkan terimakasih dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................
i
DAFTAR ISI.......................................................................................................
ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................
1
Tujuan Percobaan.........................................................................................
2
Kegunaan
Percobaan....................................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ........................................................................................... 3
Syarat Tumbuh ............................................................................................ 4
Iklim ................................................................................................... 4
Tanah .................................................................................................. 5
Persaingan....................................................................................................
6
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Percobaan......................................................................
12
Bahan dan Alat.............................................................................................
12
Prosedur
Percobaan ..................................................................................... 12
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Pemilihan Lokasi ......................................................................................... 14
Persiapan Media Tanam ............................................................................... 14
Pemberian Kayu Pembatas .......................................................................... 14
Penanaman Benih ........................................................................................ 14
Pemeliharaan Tanaman ................................................................................ 14
Penyiraman ......................................................................................... 14
Penyiangan ......................................................................................... 14
Pengamatan Parameter ................................................................................ 15
Tinggi Tanaman (cm) .......................................................................... 15
Jumlah Daun (Helai) ........................................................................... 15
Berat Basah Akar (g) .......................................................................... 15
Berat Basah Tajuk (g) ......................................................................... 15
Berat Kering Akar (g) ......................................................................... 15
Berat Kering Tajuk (g) ........................................................................ 15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ............................................................................................................. 16
Pembahasan ................................................................................................. 23
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...................................................................................................... 27
Saran ................................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan
kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan
penduduk dan perbaikan pendapatan per kapita. Oleh karena itu diperlukan suplai
kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi da;lam negeri belum dapat
mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan
produksitivitasnya ditingkatkan. Untuk mencapai usaha tersebut, diperlukan
pengenalan mengenai tanaman kedelai yang lebih mendalam (Adisarwanto, 2005).
Pada waktu masih muda memerlukan cahaya
dengan intensitas rendah dan menjelang sapihan mulai memerlukan cahaya dengan
intensitas tinggi .Setiap
tanaman atau jenis pohon mempunyai toleransi yang berlainan terhadap cahaya
matahari. Ada tanaman yang tumbuh baik ditempat terbuka sebaliknya ada beberapa
tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada tempat teduh/bernaungan. Ada pula tanaman yang
memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang periode hidupnya. (Abdi,1994).
Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik
dan produksi yang optimum, perlu diperhatikan pemeliharaan tanaman dan juga
ketersediaan unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman itu sendiri.
Pertumbuhan dan produksi dapat meningkat apabila didukung oleh faktor iklim,
cuaca dan air.
Pemberian
naungan mempunyai tujuan untuk mengurangi pengaruh yang merugikan
dari intensitas cahaya yang berlebihan, dapat menurunkan suhu dan meningkatkan
kelembaban udara (Nismara,2003).
Pengaturan naungan sangat penting untuk
menghasilkan semai-semai yang berkualitas. Naungan berhubungan erat dengan
temperatur dan evaporasi. Oleh karena adanya naungan, evaporasi dari semai
dapat dikurangi. Beberapa spesies lain menunjukkan perilaku yang berbeda.
Beberapa spesies dapat hidup dengan mudah dalam intensitas cahaya yang tinggi
tetapi beberapa spesies tidak.
(Suhardi
et al, 1995).
Banyak spesies memerlukan naungan pada
awal pertumbuhannya, walaupun dengan bertambahnya umur naungan dapat dikurangi
secara bertahap. Beberapa spesies yang berbeda mungkin tidak memerlukan naungan
dan yang lain mungkin memerlukan naungan mulai awal pertumbuhannya. Pengaturan
naungan sangat penting untuk menghasilkan semai-semai yang berkualitas.
(Suhardi
et al, 1995).
Tujuan Percobaan
Untuk
mengamati adaptasi
morfologi kedelai (Glycine max (L.) Merril) terhadap cekaman naungan.
Kegunaan
Penulisan
- Sebagai
salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen nilai di Laboratorium Ekologi
Tanaman Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
- Sebagai
bahan informasi bagi yang membutuhkan.
TINJAUAN
PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut
Adisarwanto (2005), klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut: Division: Spermatophyte Subdivision:
Angiospermae Class:
Dicotyledonae Ordo
: Polypetales Famili
: Leguminosae Genus : Glycine
Species
: Glycine max L. Merril.
Akar
tunggangnya bercabang – cabang panjangnya mencapai 2 m, akar – akar sampingnya
menyebar mendatar sejauh 2,5 m pada kedalaman 10 – 15 cm. Jika ada vbakteri
Rhizombium japonicum akan terbentuk bintil – bintil akar (Somaatmadja, 1993).
Kedelai
berbatang semak, dengan tinggi batang antara 30 – 100 cm. Setiap batang dapat
membentuk 3 – 6 cabang. Bila jarak antar tanaman dalam barisan rapat, cabang
menjadi berkurang dan tidak bercabang sama sekali (Suprapto, 2002).
Daun kedelai
merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan umumnya
berwarna hijau muda atau hijau kekuning – kuningan. Bentuk daun ada yang oval,
juga ada yang segitiga. Warna daun kedelai ini tergantung pada varietas masing – masing (Andrianto dan Indarto, 2004).
Tangkai bunga
umumnya tumbuh dari ketiak daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada
setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2 – 25 bunga, tergantung
kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk
umunnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi
(Adisarwanto, 2005)
Buah kedelai
berbentuk polong, jumlah biji sekitar 1 – 4 tiap polong. Polong berbulu
berwarna kuning kecoklat – coklatan atau abu – abu. Dalam proses pematangan
warna polong berubah menjadi lebih tua, warna hijau menjadi kehitaman,
keputihan atau kecoklatan, polong yang telah kering mudah pecah dan bijinya
melenting keluar (Rakhman dan Tambas,
1986).
Didalam polong
terdapat biji yang berjumlah 2 – 3 biji. Setiap biji mempunyai ukuran
bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7 – 9 g/ 100 biji), sedang ( 10 – 13 g/ 100 biji ), dan besar ( > 13
g/ 100 biji). Bentuk biji bervariasi,
tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun demikian, sebahagian
besar biji berbentuk bulat telur. (Adisarwanto, 2005).
Syarat Tumbuh
Iklim
Kedelai
dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa pana, di tempat – tempat yang terbuka
dan bercurah hujan 100 – 400 mm3 per bulan. Oleh karena itu, kedelai
banyak ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas permukaan laut
dan jarang sekali ditanam di daerah yang terletak 600 mdi atas permukaan laut.
Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik, jika ditanam di daerah beriklim kering
(AAK, 1989).
Agar
hidup dengan baik dan berproduksi optimal, kedelai memerlukan penyinaran penuh.
Kedelai dapat tumbuh pada suhu 25 0 – 30 0 C dengan suhu
optimal 28 0 C. Kedelai mengkhendaki air yang cukup pada masa
pertumbuhannya terutama pada saat pengisian biji. Curah hujan yang optimal
untuk budidaya kedelai adalah 100 – 200 mm/ bulan (PMT – AS, 1996).
Tanah
Kedelai
dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asal drainase dan aerasi tanah
cukup baik. Tanah – tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol,
latosol, dan andosol. Pada tanah – tanah padzolik merah kuning dan tanah yang
mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila
diberi tambahan pupuk organic atau kompos dalam jumlah cukup (
AAK, 1989).
Pada
tanah yang pHnya tinggi ( diatas 7 ) kedele memperlihatkan gejala khlorosis
yakni tanaman kerdil dan daun berwarna kuning, karena kekurangan unsure besi.
Sebaliknya pada tanah masam, pH kurang dari 5 kedele tumbuh kerdil karena keracunan Aluminium
(Al) atau Mangan (Mn)
(Rakhman dan Tambas, 1986).
Kedelai
termasuk tanaman yang mampu beradaptasi terhadap berbagai agroklimat,
mengkhendaki tanah yang cukup gembur, tekstur
lempung berpasir dan liat. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada
tanah yang mengandung bahan organic dan pH antara 5,5 – 7 ( optimal 6,7). Tanah
hendaknya mengandung cukup air tapi tidak tergenang (PMT – AS, 1996).
Naungan
Pemberian naungan mempunyai tujuan untuk
mengurangi pengaruh yang merugikan dari intensitas cahaya yang
berlebihan, dapat menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban udara Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik
dan produksi yang optimum, perlu diperhatikan pemeliharaan tanaman dan juga
ketersediaan unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman itu sendiri.
Pertumbuhan dan produksi dapat meningkat apabila didukung oleh faktor iklim,
cuaca dan air.
(Lakitan 1993).
Pertumbuhan suatu tanaman di bawah
kondisi yang kurang optimum menunjukkan adanya penurunan kemampuan tumbuh dan
berproduksi pada tanaman tertentu. Pada kondisi tersebut perlu ditambahkan
masukan yang dapat mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu dengan
pemberian pupuk. Sehingga perlu diketahui pengaruh pemberian pupuk untuk
mendukung pertumbuhan, produksi simplisia dan kandungan bahan aktif tanaman
dalam kondisi ternaungi. (Pitono
et al. 1996)
Adaptasi tanaman terhadap naungan dilakukan
melalui mekanisme penghindaran terhadap kekurangan cahaya dan mekanisme toleran
terhadap kekurangan cahaya. Pada mekanisme penghindaran, tanaman akan
meningkatkan luas area pengkapan cahaya dan meningkatkan penangkapan cahaya per
unit area fotosintesis, melalui pengurangan cahaya yang ditransmisikan dan yang
direfleksikan (Levitt
1980)
Perlakuan dengan pemberian naungan pada
kedelai akan mempengaruhi sifat morfologi tanaman. Morfologi tanaman kedelai
yang bisa dipengaruhi oleh naungan adalah batang tidak kokoh, karena garis
tengah batang lebih kecil sehingga tanaman menjadi mudah rebah (Adisarwanto
1999)
Pada
batas naungan tertentu proses fisiologis didalam tanaman toleran tersebut tidak
terlalu dipengaruhi naungan sehingga tanaman tumbuh normal, tidak terjadi
etiolasi dan kerebahan yang tentunya tidak mempengaruhi hasil (Asadi dkk,1991).
pemberian perlakuan naungan pada
berbagai stadi pertumbuhan berpengaruh nyata terhadappanjang akar jumlah bunga per tanaman, jumlah polong per
tanaman, berat biji, dan produksi biji kering pada berbagai macam variaetas
kedelai Pemberian naungan 20% akan memberikan
hasil yang lebih baik apabila diaplikasikan pada awal pengisian polong
dibandingkan dengan awal tanam atau awal berbung (widiarsih,2010)
tanaman
toleran naungan dapat mengatur dan mengorientrasikan daun sesuai dengan arah
dan intensitas cahaya sehingga pada kondisi ternaungi mengarahkan kloroplas
agar mengumpul ke dekat lapisan epidermis, akibatnya warna daun menjadi lebih
hijau. Percobaan dengan daun Iris yang ditumbuhkan pada intensitas cahaya yang
berbeda-beda memperlihatkan bahwa jumlah stomata berkurang dengan menurunnya
intensitas cahaya
(Fahn,
1995 dalam Afriana, 2003).
tinggi
tanaman semakin meningkat dengan meningkatnya persentase naungan, tapi
sebaliknya untuk jumlah buku, jumlah batang dan diameter batang. Pemanjangan
batang ditujukan untuk memaksimumkan intensitas radiasi surya yang diterima dan
untuk mempertahankan laju fotosintesis (Sukaesih,2002).
Pemberian naungan pada tanaman akan
berdampak terhadap proses metabolisme dalam tubuh tanaman dan akhirnya akan
berdampak terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, terutama karena kurangnya
intensitas cahaya yang diterima tanaman tersebut (Baharsyah,1980).
Faktor cahaya,
suhu, CO2 ,air dan zat hara mempengaruhi laju fotosintesis tanaman dan berpengaruh pada kepadatan kanopi
,ukuran dan bentuk daun serta sudut letak daun . Apabila lingkungan subur,
airtersedia dan suhu yang sesuai ,maka radiasi merupakan faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman dan terdapat hubungan yang erat
antara radiasi dengan fotosintesis bersih (Wilson, 1980)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Praktikum
Adapun percobaan
dilaksanakan di lahan percobaan Laboratorium Ekologi Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan, pada ketinggian tempat ± 25 m diatas
permukaan laut. Percobaan ini dilaksanakan pada Maret 2013 sampai dengan
selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah; benih kedelai sebagai
bahan percobaan, benih bayam (Amaranthus sp ) sebagai bahan percobaan, spanduk
sebagai pembatas lahan ,air untuk menyiram tanaman, pamplet sebagai penanda,
triplek sebagai penyekat.
Alat
yang digunakan dalam percoban ini adalah cangkul untuk mengolah lahan, gembor
untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur panjang lahan, timbangan
analitik untuk menimbang bobot kering tajuk dan bobot kering tanman, kamerauntuk dokumentasi buku data
untuk mencatat data, dan paranet sebagai
naungan.
Prosedur
Percobaan
-
Disiapkan bahan tanaman yang akan dijadikan objek
pengamatan
-
Ditanam dan disemaikan benih kedelai ke dalam
plot lahan
-
Setiap minggu dilakukan pengamatan yang meliputi
jumlah daun, tinggi tanaman, waktu berbunga,
-
Lakukan destruksi pada akhir fase vegetatif.
Akar dan tajuk dicuci bersih ,dipisahkan , dikeringkan oven pada suhu 78oC
selama 48 jam sampai bobotnya konstan.
Parameter Pengamatan
Tinggi
Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi
dan dimulai dari 1 MST sampai dengan 6 MST.
Jumlah
Daun (helai)
Tanaman yang telah mengeluarkan
daun, dihitung jumlah daun yang telah terbuka sempurna dari 1 MST sampai dengan
6 MST.
Panjang
akar (cm)
Panjang akar
dihitung dari pangkal akar sampai akar paling panjang. Dengan menggunakan
penggaris.
Volume Akar
Berat basah akar
diukur setelah pemanenan dengan menggunakan timbangan analitik.
Berat
Kering Akar (g)
Berat kering
akar diukur setelah pemanenan dan pengovenan tanaman kedelai dan bayam.
Pengukuran berat kering akar dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik.
Berat
Kering Tajuk (g)
Berat kering tajuk diukur setelah
pemanenan dan pengovenan tanaman kedelai dan bayam. Pengukuran berat kering
tajuk dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Parameter :
Tinggi Tanaman
Perlakuan
|
Sampel
|
Total
|
Rataan
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
VIN1
|
34
|
31
|
35
|
26
|
36
|
165,5
|
33,25
|
V2N1
|
28,5
|
32
|
38
|
29
|
28
|
161,6
|
31,5
|
VIN1
|
36
|
28,3
|
37,5
|
35,1
|
36
|
163,9
|
32,75
|
V2N0
|
37
|
33
|
37,5
|
37,1
|
31,6
|
167,1
|
34,65
|
V1N0
|
31
|
32,5
|
35,5
|
33,1
|
37
|
166,11
|
34,525
|
Total
|
329,3
|
309,2
|
381
|
249
|
824,217
|
||
Rataan
|
37,5417
|
35,7867
|
39,75
|
37,75
|
26,42708
|
Tabel Dwi Kasta
Dwi
Kasta
|
|||||||
V1N1
|
V2N1
|
V1N1
|
V2N0
|
V1N0
|
Total
|
Rataan
|
|
Kedelai
|
124,2
|
105,2
|
134,9
|
94,4
|
83,8
|
595
|
99,167
|
Total
|
243,9
|
231,8
|
265,8
|
231,5
|
193,9
|
1464,5
|
|
Rataan
|
115,95
|
109,4
|
124,4
|
105,75
|
92,95
|
143,7093
|
Tabel Sidik Ragam
SK
|
Db
|
JK
|
KT
|
F.hit
|
F.tab
|
||
Perlakuan
|
5
|
17835,12
|
|||||
V
|
1
|
9471,01
|
|||||
K
|
5
|
5471,654
|
|||||
Galat
|
30
|
||||||
Total
|
41
|
||||||
FK
|
15002,54
|
||||||
KK
|
Parameter :
Jumlah Daun
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rataan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4 5
|
|||
VIN1
|
22
|
18
|
24
|
26 22
|
112
|
22,4
|
V2N1
|
32
|
16
|
22
|
26 32
|
118
|
24,2
|
VIN1
|
42
|
22
|
16
|
24 24
|
124
|
26,5
|
V2N0
|
38
|
24
|
18
|
26 23
|
122
|
24.75
|
V1N0
|
24
|
26
|
22
|
22 18
|
116
|
23,05
|
Total
|
157
|
124
|
78
|
89
|
125
|
|
Rataaan
|
21,33
|
22,67
|
23,17
|
26,42
|
165
|
17,14
|
Tabel Dwi Kasta
V1N1
|
V2N1
|
V1N1
|
V2N0
|
V1N0
|
Total
|
Rataan
|
|
Kedelai
|
7
|
6
|
13
|
6
|
12
|
53
|
8,83
|
Total
|
17
|
14
|
23
|
15
|
24
|
115
|
|
Rataan
|
8,5
|
7
|
11,5
|
7,5
|
12
|
9,58
|
Tabel Sidik Ragam
SK
|
Db
|
JK
|
KT
|
F.hit
|
F.tab
|
Perlakuan
|
5
|
17,73
|
1,61
|
0,83
|
|
V
|
1
|
1,69
|
1,69
|
0,87
|
|
K
|
5
|
11,85
|
2,37
|
1,22
|
|
V*K
|
5
|
4,19
|
0,84
|
0,43
|
|
Galat
|
36
|
69,75
|
1,94
|
||
Total
|
41
|
87,48
|
|||
FK
|
275,52
|
||||
KK
|
58,10
|
Parameter :
Panjang Akar
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rataan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
VIN1
|
10,20
|
24,00
|
35,50
|
9,30
|
79,00
|
19,75
|
V2N1
|
5,50
|
13,00
|
8,20
|
6,20
|
32,90
|
8,23
|
VIN1
|
12,60
|
15,00
|
24,00
|
10,00
|
61,60
|
15,40
|
V2N0
|
10,00
|
17,00
|
26,40
|
8,50
|
61,90
|
15,48
|
V1N0
|
14,20
|
19,20
|
10,20
|
13,70
|
57,30
|
14,33
|
Total
|
111,00
|
153,20
|
165,30
|
92,80
|
522,30
|
|
Rataaan
|
9,25
|
12,77
|
15,03
|
7,73
|
11,11
|
Tabel Dwi Kasta
V1N1
|
V2N1
|
V1N1
|
V2N0
|
V1N0
|
V1N1
|
Rataan
|
|
Kedelai
|
19,20
|
27,90
|
36,70
|
28,00
|
34,10
|
188,10
|
31,35
|
Total
|
98,20
|
60,80
|
98,30
|
89,90
|
91,40
|
522,30
|
|
Rataan
|
49,10
|
30,40
|
49,15
|
44,95
|
45,70
|
43,53
|
Tabel Sidik Ragam
SK
|
Db
|
JK
|
KT
|
F.hit
|
F.tab
|
Perlakuan
|
5
|
860,90
|
78,26
|
2,19
|
|
V
|
1
|
444,69
|
444,69
|
12,42
|
|
K
|
5
|
122,28
|
24,46
|
0,68
|
|
V*K
|
5
|
293,93
|
58,79
|
1,64
|
|
Galat
|
36
|
1288,51
|
35,79
|
||
Total
|
41
|
2149,41
|
|||
FK
|
5683,28
|
||||
KK
|
53,84
|
Parameter
: Volume Akar
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rataan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
VIN1
|
0,30
|
6,10
|
9,50
|
0,30
|
16,20
|
4,05
|
V2N1
|
0,40
|
4,30
|
3,00
|
2,40
|
10,10
|
2,03
|
VIN1
|
2,50
|
3,30
|
6,00
|
0,40
|
10,20
|
2,55
|
V2N0
|
1,50
|
3,20
|
8,00
|
3,50
|
15,20
|
3,30
|
V1N0
|
0,30
|
5,30
|
4,00
|
0,30
|
9,90
|
2,48
|
Total
|
9,00
|
46,80
|
58,50
|
6,60
|
114,90
|
|
Rataaan
|
0,50
|
3,65
|
5,23
|
0,38
|
2,38
|
Tabel
Dwi Kasta
V1N1
|
V2N1
|
V1N1
|
V2N0
|
V1N0
|
Total
|
Rataan
|
|
Kedelai
|
16,20
|
8,10
|
10,20
|
13,20
|
9,90
|
68,80
|
11,47
|
Total
|
20,80
|
10,90
|
19,70
|
18,20
|
21,40
|
111,90
|
|
Rataan
|
10,40
|
5,45
|
9,85
|
9,10
|
10,70
|
9,33
|
Tabel
Sidik Ragam
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
F.hit
|
F.tab
|
Perlakuan
|
5
|
39,23
|
3,57
|
0,51
|
|
V
|
1
|
13,76
|
13,76
|
1,97
|
|
K
|
5
|
9,83
|
1,97
|
0,28
|
|
V*K
|
5
|
15,64
|
3,13
|
0,45
|
|
Galat
|
36
|
251,76
|
6,99
|
||
Total
|
41
|
290,98
|
|||
FK
|
260,87
|
||||
KK
|
111,07
|
Parameter
: Bobot Kering Akar
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rataan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
VIN1
|
1,80
|
4,20
|
0,60
|
1,80
|
8,60
|
2,00
|
V2N1
|
1,30
|
3,20
|
0,10
|
1,40
|
6,00
|
1,50
|
VIN1
|
0,60
|
2,80
|
2,40
|
0,50
|
3,90
|
0,98
|
V2N0
|
0,80
|
2,80
|
0,32
|
2,70
|
5,62
|
1,16
|
V1N0
|
1,10
|
3,10
|
0,20
|
1,10
|
5,50
|
1,38
|
Total
|
16,10
|
42,10
|
6,06
|
14,00
|
68,26
|
|
Rataaan
|
1,10
|
4,34
|
2,28
|
4,92
|
4,41
|
Tabel
Dwi Kasta
V1N1
|
V2N1
|
V1N1
|
V2N0
|
V1N0
|
Total
|
Rataan
|
|
kedelai
|
8,00
|
6,00
|
3,90
|
4,62
|
5,50
|
32,82
|
5,47
|
Total
|
13,80
|
11,50
|
9,60
|
9,53
|
11,23
|
66,26
|
|
Rataan
|
6,90
|
5,75
|
4,80
|
4,77
|
5,62
|
5,52
|
Tabel
Sidik Ragam
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
F.hit
|
F.tab
|
Perlakuan
|
11
|
2,73
|
0,25
|
0,13
|
|
V
|
1
|
0,01
|
0,01
|
0,00
|
|
K
|
5
|
1,55
|
0,31
|
0,16
|
|
V*K
|
5
|
1,18
|
0,24
|
0,12
|
|
Galat
|
36
|
69,05
|
1,92
|
|
|
Total
|
47
|
71,78
|
|
|
|
FK
|
91,47
|
|
|
|
|
KK
|
98,24
|
|
|
|
|
Pembahasan
Dari hasil percobaan diketahui bahwa
data tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan V2N0 sebesar 37,5 dengan rataan 34,65 dan terendah
pada perlakuan V2N1 sebesar 28 dengan rataan 31,5 hal ini menunjukan bahwa
tanaman yang berada di naungan cenderung lebih tinggi dibanding tanaman yang
tidak di naungi hal ini sesuai dengan literatur Sukaesih (2002). tinggi tanaman semakin meningkat dengan
meningkatnya persentase naungan, tapi sebaliknya untuk jumlah buku, jumlah
batang dan diameter batang. Pemanjangan batang ditujukan untuk memaksimumkan
intensitas radiasi surya yang diterima dan untuk mempertahankan laju
fotosintesis.
Dari hasil
percobaan diketahui bahwa jumlah daun tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan
V2N0 sebesar 38 dengan rataan 24,75 dan
terendah pada perlakuan V2N1 sebesar 16 dengan rataan 24,2 hal menunjukan bahwa
tanaman yang ternaungi lebih sedikit jumlah daunya dibanding yang tidak
ternaungi hal ini sesuai dengan literatur Baharsyah (1980) yang menyatakan
bahwa Pemberian naungan pada tanaman akan berdampak terhadap proses metabolisme
dalam tubuh tanaman dan akhirnya akan berdampak terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman, terutama karena kurangnya intensitas cahaya yang diterima
tanaman tersebut
Dari hasil percobaan diketahui bahwa
panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan V2N0 sebesar 26,40 dengan rataan 15,48 dan
terendah pada perlakuan V2N1 sebesar 5,50 dengan rataan 8,23 hal ini menunjukan
bahwa tanaman yang ternaungi memiliki akar yang lebih panjang dibanding tanaman
yang tidak ternaungi. Hal ini sesuai dengan literatur widiarsih (2010) yang menyatakan bahwa pemberian perlakuan
naungan pada berbagai stadi pertumbuhan berpengaruh nyata terhadappanjang akar jumlah bunga per tanaman, jumlah polong per
tanaman, berat biji, dan produksi biji kering pada berbagai macam variaetas
kedelai Pemberian naungan 20% akan memberikan
hasil yang lebih baik apabila diaplikasikan pada awal pengisian polong
dibandingkan dengan awal tanam atau awal berbung
Dari hasil
percobaan diketahui bahwa volume akar
tertinggi terdapat pada perlakuan V1N1
sebesar 9,50 dengan rataan 4,05 dan terendah pada perlakuan V1N0 sebesar
0,30 dengan rataan 2,48 hal ini menunjukan bahwa tanaman yang ternaungi
memiliki volume akar yang lebih kecil dibanding tanman yang tidak ternaungi hal
ini sesuai dengan literatur pitono (1996) yang menyatakan bahwa Pertumbuhan suatu tanaman di bawah kondisi yang
kurang optimum menunjukkan adanya penurunan kemampuan tumbuh dan berproduksi
pada tanaman tertentu. Pada kondisi tersebut perlu ditambahkan masukan yang
dapat mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu dengan pemberian pupuk.
Dari hasil
percobaan diketahui bahwa berat kering akar
tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan V1N1 sebesar 4,20 dengan rataan 2,00 dan terendah
pada perlakuan V2N1 sebesar 0,10 dengan rataan 1,50 hal ini sesuai dengan
literatur baharsyah ( 1980) yang
menyatakan bahwa Pemberian naungan pada tanaman akan berdampak terhadap proses
metabolisme dalam tubuh tanaman dan akhirnya akan berdampak terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman, terutama karena kurangnya intensitas cahaya
yang diterima tanaman tersebut
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman di naungan adalah Faktor cahaya, suhu, CO2
,air dan zat hara hal ini sesuai dengan literatur (Wilson, 1980) yang menyatakan bahwa Faktor
cahaya, suhu, CO2 ,air dan zat hara mempengaruhi laju fotosintesis tanaman dan berpengaruh pada kepadatan kanopi
,ukuran dan bentuk daun serta sudut letak daun . Apabila lingkungan subur,
airtersedia dan suhu yang sesuai ,maka radiasi merupakan faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman dan terdapat hubungan yang erat antara
radiasi dengan fotosintesis bersih.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Tanaman tertinggi
terdapat pada perlakuan V2N0 sebesar
37,5 dengan rataan 34,65 dan terendah pada perlakuan V2N1 sebesar 28 dengan
rataan 31,5
2.
Jumlah daun tanaman
tertinggi terdapat pada perlakuan V2N0
sebesar 38 dengan rataan 24,75 dan terendah pada perlakuan V2N1 sebesar
16 dengan rataan 24,2.
3.
Panjang akar tertinggi
terdapat pada perlakuan V2N0 sebesar
26,40 dengan rataan 15,48 dan terendah pada perlakuan V2N1 sebesar 5,50 dengan
rataan 8,23
4.
Volume akar tertinggi terdapat pada perlakuan V1N1 sebesar 9,50 dengan rataan 4,05 dan terendah
pada perlakuan V1N0 sebesar 0,30 dengan rataan 2,48
5.
Berat kering akar tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan
V1N1 sebesar 4,20 dengan rataan 2,00 dan
terendah pada perlakuan V2N1 sebesar 0,10 dengan rataan 1,50
6.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman di naungan adalah Faktor cahaya, suhu, CO2
,air dan zat hara
SARAN
Tanaman yang
ternaungi hendaknya di siram setiap hari agar kelembabanya tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
A.A.K.,
1989. Kedelai. Kanisius, Yogyakarta.
Abdi ,
T., 1994. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.
Andrianto
dan Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani
Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta.
Asadi,
Dimiarti, Arsyad. 1991. Adaptasi varietas kedelai pada pertanaman tumpang
sari dan naungan buatan. Seminar hasil penelitian tanaman pangan,
Bogor .
Baharsjah,
J.S. 1980. Pengaruh Naungan pada Berbagai Tahap Perkembangan dan
Populasi Tanaman terhadap Pertumbuhan. Bogor: Pasca Sarjana IPB
Dwijoseputro.
1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan Jakarta: Penerbit Gramadia.
Faridah
E, 1996. Pengaruh Intensitas Cahaya, Mikoriza Dan Serbuk Arang Pada Pertumbuhan Alam Drybalanops Sp Buletin
Penelitian Nomor 29. Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Lakitan,
B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Universitas Sriwijaya.
Salisbury,
M. B., and C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. D. R. Lukman
dan Sunaryomno (Penerjemah). ITB. Bandung. 343 hal.
Suhardi,
1995. Effect Of Shading, Mycorrhiza Inoculated And Organic Matter On The Growth Of Hopea Gregaria Seedling
Buletin Penelitian Nomor 28.
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Taiz,
L. and E. Zeiger. 1991. Plant Physiology. The Benjamin/Cummings pub. Co., Inc. California. 565p.
Widiastuti,
L., Tohari, Sulistyaningsih, E. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Kadar
Daminosida terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan dalam Pot. Jurnal
Ilmu Pertanian (11)2: 35-42.
Yusron,
M., M. Januwati dan E. R. Pribadi. 2005. Standar prosedur operasional budidaya
sambiloto. Sirkuler Balittro 11:37-42.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar