Senin, 01 Juli 2013

CEKAMAN NAUNGAN

MEKANISME ADAPTASI MORFOLOGI KEDELAI (Glycine max (L.) Merril)  TERHADAP CEKAMAN NAUNGAN



 

LAPORAN
 



OLEH :


JAMSON HASINTONGAN T. / 110301040
AGROEKOTEKNOLOGI 1A
KELOMPOK 1







FPERT












LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013


KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya.
            Adapun judul laporan ini adalah “Adaptasi Morfologi Kedelai (Glycine max (L.) Merril) terhadap Cekaman Naungan” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Ekologi Tanaman, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
            Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada                     Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MSi; Nini Rahmawati, SP, M.Si, Ir. Irsal, MP,                 Ir. Yaya Hasanah, MP, dan Ir. Haryati, MP selaku dosen mata kuliah Ekologi Tanaman. Terimakasih yang sama juga penulis ucapkan kepada abang dan kakak asisten yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
            Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun.
            Ahkirnya penulis mengucapkan terimakasih dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.


Medan,   Juni 2013
                                  

                                                                                                 Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................. 1
Tujuan Percobaan......................................................................................... 2
Kegunaan Percobaan.................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ...........................................................................................  3
Syarat Tumbuh ............................................................................................  4
Iklim ...................................................................................................  4
Tanah ..................................................................................................  5
Persaingan.................................................................................................... 6

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan...................................................................... 12
Bahan dan Alat............................................................................................. 12
Prosedur Percobaan .....................................................................................  12

PELAKSANAAN PERCOBAAN
Pemilihan Lokasi .........................................................................................  14
Persiapan Media Tanam ...............................................................................  14
Pemberian Kayu Pembatas ..........................................................................  14
Penanaman Benih ........................................................................................  14
Pemeliharaan Tanaman ................................................................................  14
Penyiraman .........................................................................................  14
Penyiangan .........................................................................................  14
Pengamatan Parameter ................................................................................  15
Tinggi Tanaman (cm) ..........................................................................  15
Jumlah Daun (Helai) ...........................................................................  15
Berat Basah Akar (g) ..........................................................................  15
Berat Basah Tajuk (g) .........................................................................  15
Berat Kering Akar (g) .........................................................................  15
Berat Kering Tajuk (g) ........................................................................  15

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .............................................................................................................  16
Pembahasan .................................................................................................  23

KESIMPULAN DAN SARAN
     Kesimpulan ...................................................................................................... 27
     Saran ................................................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
                                                                              
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan per kapita. Oleh karena itu diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi da;lam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan produksitivitasnya ditingkatkan. Untuk mencapai usaha tersebut, diperlukan pengenalan mengenai tanaman kedelai yang lebih mendalam (Adisarwanto, 2005).
Pada waktu masih muda memerlukan cahaya dengan intensitas rendah dan menjelang sapihan mulai memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi .Setiap tanaman atau jenis pohon mempunyai toleransi yang berlainan terhadap cahaya matahari. Ada tanaman yang tumbuh baik ditempat terbuka sebaliknya ada beberapa tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada tempat  teduh/bernaungan. Ada pula tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang periode hidupnya. (Abdi,1994).
Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik dan produksi yang optimum, perlu diperhatikan pemeliharaan tanaman dan juga ketersediaan unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman itu sendiri. Pertumbuhan dan produksi dapat meningkat apabila didukung oleh faktor iklim, cuaca dan air. Pemberian naungan mempunyai tujuan untuk mengurangi pengaruh yang  merugikan dari intensitas cahaya yang berlebihan, dapat menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban udara (Nismara,2003).
Pengaturan naungan sangat penting untuk menghasilkan semai-semai yang berkualitas. Naungan berhubungan erat dengan temperatur dan evaporasi. Oleh karena adanya naungan, evaporasi dari semai dapat dikurangi. Beberapa spesies lain menunjukkan perilaku yang berbeda. Beberapa spesies dapat hidup dengan mudah dalam intensitas cahaya yang tinggi tetapi beberapa spesies tidak.
(Suhardi et al, 1995).
Banyak spesies memerlukan naungan pada awal pertumbuhannya, walaupun dengan bertambahnya umur naungan dapat dikurangi secara bertahap. Beberapa spesies yang berbeda mungkin tidak memerlukan naungan dan yang lain mungkin memerlukan naungan mulai awal pertumbuhannya. Pengaturan naungan sangat penting untuk menghasilkan semai-semai yang berkualitas.
(Suhardi et al, 1995).
Tujuan Percobaan
            Untuk mengamati adaptasi morfologi kedelai (Glycine max (L.) Merril) terhadap cekaman naungan.
Kegunaan Penulisan
-       Sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen nilai di Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
-       Sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan.




TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Adisarwanto (2005), klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut: Division: Spermatophyte Subdivision: Angiospermae Class: Dicotyledonae Ordo : Polypetales Famili           : Leguminosae Genus  : Glycine
Species : Glycine max L. Merril.
            Akar tunggangnya bercabang – cabang panjangnya mencapai 2 m, akar – akar sampingnya menyebar mendatar sejauh 2,5 m pada kedalaman 10 – 15 cm. Jika ada vbakteri Rhizombium japonicum akan terbentuk bintil – bintil akar (Somaatmadja, 1993).
Kedelai berbatang semak, dengan tinggi batang antara 30 – 100 cm. Setiap batang dapat membentuk 3 – 6 cabang. Bila jarak antar tanaman dalam barisan rapat, cabang menjadi berkurang dan tidak bercabang sama sekali           (Suprapto, 2002).
Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning – kuningan. Bentuk daun ada yang oval, juga ada yang segitiga. Warna daun kedelai ini tergantung  pada varietas masing – masing (Andrianto dan Indarto, 2004).
Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2 – 25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk umunnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi (Adisarwanto, 2005)
Buah kedelai berbentuk polong, jumlah biji sekitar 1 – 4 tiap polong. Polong berbulu berwarna kuning kecoklat – coklatan atau abu – abu. Dalam proses pematangan warna polong berubah menjadi lebih tua, warna hijau menjadi kehitaman, keputihan atau kecoklatan, polong yang telah kering mudah pecah dan bijinya melenting keluar (Rakhman dan Tambas, 1986).  
Didalam polong terdapat biji yang berjumlah 2 – 3 biji. Setiap biji mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7 – 9 g/ 100 biji), sedang   ( 10 – 13 g/ 100 biji ), dan besar ( > 13 g/ 100 biji).  Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat             telur. Namun demikian, sebahagian besar biji berbentuk bulat telur.            (Adisarwanto, 2005).
Syarat Tumbuh
Iklim
            Kedelai dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa pana, di tempat – tempat yang terbuka dan bercurah hujan 100 – 400 mm3 per bulan. Oleh karena itu, kedelai banyak ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas permukaan laut dan jarang sekali ditanam di daerah yang terletak 600 mdi atas permukaan laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik, jika ditanam di daerah beriklim kering (AAK, 1989).
            Agar hidup dengan baik dan berproduksi optimal, kedelai memerlukan penyinaran penuh. Kedelai dapat tumbuh pada suhu 25 0 – 30 0 C dengan suhu optimal 28 0 C. Kedelai mengkhendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya terutama pada saat pengisian biji. Curah hujan yang optimal untuk budidaya kedelai adalah 100 – 200 mm/ bulan (PMT – AS, 1996).
Tanah
            Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Tanah – tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Pada tanah – tanah padzolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organic atau kompos dalam jumlah cukup       ( AAK, 1989).
            Pada tanah yang pHnya tinggi ( diatas 7 ) kedele memperlihatkan gejala khlorosis yakni tanaman kerdil dan daun berwarna kuning, karena kekurangan unsure besi. Sebaliknya pada tanah masam, pH kurang dari 5 kedele             tumbuh kerdil karena keracunan Aluminium (Al) atau Mangan (Mn)                    (Rakhman dan Tambas, 1986).
            Kedelai termasuk tanaman yang mampu beradaptasi terhadap berbagai agroklimat, mengkhendaki tanah yang cukup gembur, tekstur  lempung berpasir dan liat. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mengandung bahan organic dan pH antara 5,5 – 7 ( optimal 6,7). Tanah hendaknya mengandung cukup air tapi tidak tergenang (PMT – AS, 1996).
Naungan
Pemberian naungan mempunyai tujuan untuk mengurangi pengaruh yang  merugikan dari intensitas cahaya yang berlebihan, dapat menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban udara Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik dan produksi yang optimum, perlu diperhatikan pemeliharaan tanaman dan juga ketersediaan unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman itu sendiri. Pertumbuhan dan produksi dapat meningkat apabila didukung oleh faktor iklim, cuaca dan air. (Lakitan 1993).
Pertumbuhan suatu tanaman di bawah kondisi yang kurang optimum menunjukkan adanya penurunan kemampuan tumbuh dan berproduksi pada tanaman tertentu. Pada kondisi tersebut perlu ditambahkan masukan yang dapat mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu dengan pemberian pupuk. Sehingga perlu diketahui pengaruh pemberian pupuk untuk mendukung pertumbuhan, produksi simplisia dan kandungan bahan aktif tanaman dalam kondisi ternaungi. (Pitono et al. 1996)
Adaptasi tanaman terhadap naungan dilakukan melalui mekanisme penghindaran terhadap kekurangan cahaya dan mekanisme toleran terhadap kekurangan cahaya. Pada mekanisme penghindaran, tanaman akan meningkatkan luas area pengkapan cahaya dan meningkatkan penangkapan cahaya per unit area fotosintesis, melalui pengurangan cahaya yang ditransmisikan dan yang direfleksikan (Levitt 1980)
Perlakuan dengan pemberian naungan pada kedelai akan mempengaruhi sifat morfologi tanaman. Morfologi tanaman kedelai yang bisa dipengaruhi oleh naungan adalah batang tidak kokoh, karena garis tengah batang lebih kecil sehingga tanaman menjadi mudah rebah  (Adisarwanto 1999)
Pada batas naungan tertentu proses fisiologis didalam tanaman toleran tersebut tidak terlalu dipengaruhi naungan sehingga tanaman tumbuh normal, tidak terjadi etiolasi dan kerebahan yang tentunya tidak mempengaruhi hasil (Asadi dkk,1991).
pemberian perlakuan naungan pada berbagai stadi pertumbuhan berpengaruh nyata terhadappanjang akar  jumlah bunga per tanaman, jumlah polong per tanaman, berat biji, dan produksi biji kering pada berbagai macam variaetas kedelai Pemberian naungan 20% akan memberikan hasil yang lebih baik apabila diaplikasikan pada awal pengisian polong dibandingkan dengan awal tanam atau awal berbung (widiarsih,2010)
tanaman toleran naungan dapat mengatur dan mengorientrasikan daun sesuai dengan arah dan intensitas cahaya sehingga pada kondisi ternaungi mengarahkan kloroplas agar mengumpul ke dekat lapisan epidermis, akibatnya warna daun menjadi lebih hijau. Percobaan dengan daun Iris yang ditumbuhkan pada intensitas cahaya yang berbeda-beda memperlihatkan bahwa jumlah stomata berkurang dengan menurunnya intensitas cahaya
 (Fahn, 1995 dalam Afriana, 2003).
tinggi tanaman semakin meningkat dengan meningkatnya persentase naungan, tapi sebaliknya untuk jumlah buku, jumlah batang dan diameter batang. Pemanjangan batang ditujukan untuk memaksimumkan intensitas radiasi surya yang diterima dan untuk mempertahankan laju fotosintesis (Sukaesih,2002).
Pemberian naungan pada tanaman akan berdampak terhadap proses metabolisme dalam tubuh tanaman dan akhirnya akan berdampak terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, terutama karena kurangnya intensitas cahaya yang diterima tanaman tersebut (Baharsyah,1980).
Faktor cahaya, suhu, CO2 ,air dan zat hara mempengaruhi laju fotosintesis  tanaman dan berpengaruh pada kepadatan kanopi ,ukuran dan bentuk daun serta sudut letak daun . Apabila lingkungan subur, airtersedia dan suhu yang sesuai ,maka radiasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman dan terdapat hubungan yang erat antara radiasi dengan fotosintesis bersih (Wilson, 1980)

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Praktikum
                        Adapun  percobaan dilaksanakan di lahan percobaan Laboratorium Ekologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, pada ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut. Percobaan ini dilaksanakan pada Maret 2013 sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah; benih kedelai sebagai bahan percobaan, benih bayam (Amaranthus sp ) sebagai bahan percobaan, spanduk sebagai pembatas lahan ,air untuk menyiram tanaman, pamplet sebagai penanda, triplek sebagai penyekat.
            Alat yang digunakan dalam percoban ini adalah cangkul untuk mengolah lahan, gembor untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur panjang lahan, timbangan analitik untuk menimbang bobot kering tajuk dan bobot kering tanman, kamerauntuk dokumentasi buku data untuk mencatat data, dan paranet sebagai naungan.
 Prosedur Percobaan
-          Disiapkan bahan tanaman yang akan dijadikan objek pengamatan
-          Ditanam dan disemaikan benih kedelai ke dalam plot lahan
-          Setiap minggu dilakukan pengamatan yang meliputi jumlah daun, tinggi tanaman, waktu berbunga,
-          Lakukan destruksi pada akhir fase vegetatif. Akar dan tajuk dicuci bersih ,dipisahkan , dikeringkan oven pada suhu 78oC selama 48 jam sampai bobotnya konstan.
Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi dan dimulai dari 1 MST sampai dengan 6 MST.
Jumlah Daun (helai)
Tanaman  yang telah mengeluarkan daun, dihitung jumlah daun yang telah terbuka sempurna dari 1 MST sampai dengan 6 MST.
Panjang akar (cm)
Panjang akar dihitung dari pangkal akar sampai akar paling panjang. Dengan menggunakan penggaris.
Volume  Akar
Berat basah akar diukur setelah pemanenan dengan menggunakan timbangan analitik.
Berat Kering Akar (g)
Berat kering akar diukur setelah pemanenan dan pengovenan tanaman kedelai dan bayam. Pengukuran berat kering akar dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik.
Berat Kering Tajuk (g)
Berat kering tajuk diukur setelah pemanenan dan pengovenan tanaman kedelai dan bayam. Pengukuran berat kering tajuk dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Parameter        : Tinggi Tanaman
Perlakuan
Sampel
Total
Rataan
1
2
3
4
5
VIN1
34
31
35
26
36
165,5
33,25
V2N1
28,5
32
38
29
28
161,6
31,5
VIN1
36
28,3
37,5
35,1
36
163,9
32,75
V2N0
37
33
37,5
37,1
31,6
167,1
34,65
V1N0
31
32,5
35,5
33,1
37
166,11
34,525
Total
329,3
309,2
381
249
824,217
Rataan
37,5417
35,7867
39,75
37,75
26,42708

Tabel Dwi Kasta

Dwi Kasta
V1N1
V2N1
V1N1
V2N0
V1N0
Total
Rataan
Kedelai
124,2
105,2
134,9
94,4
83,8
595
99,167
Total
243,9
231,8
265,8
231,5
193,9
1464,5
Rataan
115,95
109,4
124,4
105,75
92,95
143,7093

Tabel Sidik Ragam
SK
Db
JK
KT
F.hit
F.tab
Perlakuan
       5
17835,12
V
1
9471,01
K
5
5471,654
Galat
30
Total
41
FK
15002,54
KK

Parameter        : Jumlah Daun
Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
1
2
3
4          5
VIN1
22
18
24
26       22
      112
22,4
V2N1
32
16
22
26       32
      118
24,2
VIN1
42
22
16
24       24
      124
26,5
V2N0
38
24
18
26       23
      122
24.75
V1N0
24
26
22
22       18
      116
23,05
Total
157
124
78
89
125
Rataaan
21,33
22,67
23,17
26,42
165
17,14

Tabel Dwi Kasta

V1N1
V2N1
V1N1
V2N0
V1N0
Total
Rataan
Kedelai
7
6
13
6
12
53
8,83
Total
17
14
23
15
24
115
Rataan
8,5
7
11,5
7,5
12
9,58


Tabel Sidik Ragam

SK
Db
JK
KT
F.hit
F.tab
Perlakuan
5
17,73
1,61
0,83
V
1
1,69
1,69
0,87
K
5
11,85
2,37
1,22
V*K
5
4,19
0,84
0,43
Galat
36
69,75
1,94
Total
41
87,48
FK
275,52
KK
58,10

Parameter        : Panjang Akar

Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
1
2
3
4
VIN1
10,20
24,00
35,50
9,30
79,00
19,75
V2N1
5,50
13,00
8,20
6,20
32,90
8,23
VIN1
12,60
15,00
24,00
10,00
61,60
15,40
V2N0
10,00
17,00
26,40
8,50
61,90
15,48
V1N0
14,20
19,20
10,20
13,70
57,30
14,33
Total
111,00
153,20
165,30
92,80
522,30
Rataaan
9,25
12,77
15,03
7,73
11,11


Tabel Dwi Kasta

V1N1
V2N1
V1N1
V2N0
V1N0
V1N1
Rataan
Kedelai 
19,20
27,90
36,70
28,00
34,10
188,10
31,35
Total
98,20
60,80
98,30
89,90
91,40
522,30
Rataan
49,10
30,40
49,15
44,95
45,70
43,53


Tabel Sidik Ragam

SK
Db
JK
KT
F.hit
F.tab
Perlakuan
5
860,90
78,26
2,19
V
1
444,69
444,69
12,42
K
5
122,28
24,46
0,68
V*K
5
293,93
58,79
1,64
Galat
36
1288,51
35,79
Total
41
2149,41
FK
5683,28
KK
53,84

Parameter : Volume Akar

Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
1
2
3
4
VIN1
0,30
6,10
9,50
0,30
16,20
4,05
V2N1
0,40
4,30
3,00
2,40
10,10
2,03
VIN1
2,50
3,30
6,00
0,40
10,20
2,55
V2N0
1,50
3,20
8,00
3,50
15,20
3,30
V1N0
0,30
5,30
4,00
0,30
9,90
2,48
Total
9,00
46,80
58,50
6,60
114,90
Rataaan
0,50
3,65
5,23
0,38
2,38

Tabel Dwi Kasta

V1N1
V2N1
V1N1
V2N0
V1N0
Total
Rataan
Kedelai
16,20
8,10
10,20
13,20
9,90
68,80
11,47
Total
20,80
10,90
19,70
18,20
21,40
111,90
Rataan
10,40
5,45
9,85
9,10
10,70
9,33

Tabel Sidik Ragam

SK
db
JK
KT
F.hit
F.tab
Perlakuan
5
39,23
3,57
0,51
V
1
13,76
13,76
1,97
K
5
9,83
1,97
0,28
V*K
5
15,64
3,13
0,45
Galat
36
251,76
6,99
Total
41
290,98
FK
260,87
KK
111,07


Parameter : Bobot Kering Akar

Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
1
2
3
4
VIN1
1,80
4,20
0,60
1,80
8,60
2,00
V2N1
1,30
3,20
0,10
1,40
6,00
1,50
VIN1
0,60
2,80
2,40
0,50
3,90
0,98
V2N0
0,80
2,80
0,32
2,70
5,62
1,16
V1N0
1,10
3,10
0,20
1,10
5,50
1,38
Total
16,10
42,10
6,06
14,00
68,26
Rataaan
1,10
4,34
2,28
4,92
4,41


Tabel Dwi Kasta

V1N1
V2N1
V1N1
V2N0
V1N0
Total
Rataan
kedelai
8,00
6,00
3,90
4,62
5,50
32,82
5,47
Total
13,80
11,50
9,60
9,53
11,23
66,26
Rataan
6,90
5,75
4,80
4,77
5,62
5,52

Tabel Sidik Ragam

SK
db
JK
KT
F.hit
F.tab
Perlakuan
11
2,73
0,25
0,13

V
1
0,01
0,01
0,00

K
5
1,55
0,31
0,16

V*K
5
1,18
0,24
0,12

Galat
36
69,05
1,92


Total
47
71,78



FK
91,47




KK
98,24




Pembahasan
Dari hasil percobaan diketahui bahwa data tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan V2N0  sebesar 37,5 dengan rataan 34,65 dan terendah pada perlakuan V2N1 sebesar 28 dengan rataan 31,5 hal ini menunjukan bahwa tanaman yang berada di naungan cenderung lebih tinggi dibanding tanaman yang tidak di naungi hal ini sesuai dengan literatur Sukaesih (2002). tinggi tanaman semakin meningkat dengan meningkatnya persentase naungan, tapi sebaliknya untuk jumlah buku, jumlah batang dan diameter batang. Pemanjangan batang ditujukan untuk memaksimumkan intensitas radiasi surya yang diterima dan untuk mempertahankan laju fotosintesis.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa jumlah daun tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan V2N0  sebesar 38 dengan rataan 24,75 dan terendah pada perlakuan V2N1 sebesar 16 dengan rataan 24,2 hal menunjukan bahwa tanaman yang ternaungi lebih sedikit jumlah daunya dibanding yang tidak ternaungi hal ini sesuai dengan literatur Baharsyah (1980) yang menyatakan bahwa Pemberian naungan pada tanaman akan berdampak terhadap proses metabolisme dalam tubuh tanaman dan akhirnya akan berdampak terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, terutama karena kurangnya intensitas cahaya yang diterima tanaman tersebut
Dari hasil percobaan diketahui bahwa panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan V2N0  sebesar 26,40 dengan rataan 15,48 dan terendah pada perlakuan V2N1 sebesar 5,50 dengan rataan 8,23 hal ini menunjukan bahwa tanaman yang ternaungi memiliki akar yang lebih panjang dibanding tanaman yang tidak ternaungi. Hal ini sesuai dengan literatur widiarsih (2010) yang menyatakan bahwa pemberian perlakuan naungan pada berbagai stadi pertumbuhan berpengaruh nyata terhadappanjang akar  jumlah bunga per tanaman, jumlah polong per tanaman, berat biji, dan produksi biji kering pada berbagai macam variaetas kedelai Pemberian naungan 20% akan memberikan hasil yang lebih baik apabila diaplikasikan pada awal pengisian polong dibandingkan dengan awal tanam atau awal berbung
Dari hasil percobaan diketahui bahwa volume akar  tertinggi terdapat pada perlakuan V1N1  sebesar 9,50 dengan rataan 4,05 dan terendah pada perlakuan V1N0 sebesar 0,30 dengan rataan 2,48 hal ini menunjukan bahwa tanaman yang ternaungi memiliki volume akar yang lebih kecil dibanding tanman yang tidak ternaungi hal ini sesuai dengan literatur pitono (1996) yang menyatakan bahwa  Pertumbuhan suatu tanaman di bawah kondisi yang kurang optimum menunjukkan adanya penurunan kemampuan tumbuh dan berproduksi pada tanaman tertentu. Pada kondisi tersebut perlu ditambahkan masukan yang dapat mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu dengan pemberian pupuk.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa berat kering akar  tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan V1N1  sebesar 4,20 dengan rataan 2,00 dan terendah pada perlakuan V2N1 sebesar 0,10 dengan rataan 1,50 hal ini sesuai dengan literatur  baharsyah ( 1980) yang menyatakan bahwa Pemberian naungan pada tanaman akan berdampak terhadap proses metabolisme dalam tubuh tanaman dan akhirnya akan berdampak terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, terutama karena kurangnya intensitas cahaya yang diterima tanaman tersebut
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman di naungan adalah Faktor cahaya, suhu, CO2 ,air dan zat hara hal ini sesuai dengan literatur  (Wilson, 1980) yang menyatakan bahwa Faktor cahaya, suhu, CO2 ,air dan zat hara mempengaruhi laju fotosintesis  tanaman dan berpengaruh pada kepadatan kanopi ,ukuran dan bentuk daun serta sudut letak daun . Apabila lingkungan subur, airtersedia dan suhu yang sesuai ,maka radiasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman dan terdapat hubungan yang erat antara radiasi dengan fotosintesis bersih.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.        Tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan V2N0  sebesar 37,5 dengan rataan 34,65 dan terendah pada perlakuan V2N1 sebesar 28 dengan rataan 31,5
2.        Jumlah daun tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan V2N0  sebesar 38 dengan rataan 24,75 dan terendah pada perlakuan V2N1 sebesar 16 dengan rataan 24,2.
3.        Panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan V2N0  sebesar 26,40 dengan rataan 15,48 dan terendah pada perlakuan V2N1 sebesar 5,50 dengan rataan 8,23
4.        Volume akar  tertinggi terdapat pada perlakuan V1N1  sebesar 9,50 dengan rataan 4,05 dan terendah pada perlakuan V1N0 sebesar 0,30 dengan rataan 2,48
5.        Berat kering akar  tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan V1N1  sebesar 4,20 dengan rataan 2,00 dan terendah pada perlakuan V2N1 sebesar 0,10 dengan rataan 1,50
6.        Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman di naungan adalah Faktor cahaya, suhu, CO2 ,air dan zat hara
SARAN
Tanaman yang ternaungi hendaknya di siram setiap hari agar kelembabanya tetap terjaga.



DAFTAR PUSTAKA
A.A.K., 1989. Kedelai. Kanisius, Yogyakarta.

Abdi , T., 1994. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Andrianto dan Indarto,  2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta.

Asadi, Dimiarti, Arsyad. 1991. Adaptasi varietas kedelai pada pertanaman  tumpang sari dan naungan buatan. Seminar hasil penelitian tanaman  pangan, Bogor .

Baharsjah, J.S. 1980. Pengaruh Naungan pada Berbagai Tahap Perkembangan  dan Populasi Tanaman terhadap Pertumbuhan. Bogor: Pasca Sarjana IPB

Dwijoseputro. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan Jakarta: Penerbit Gramadia.

Faridah E, 1996. Pengaruh Intensitas Cahaya, Mikoriza Dan Serbuk Arang Pada Pertumbuhan Alam Drybalanops Sp Buletin Penelitian Nomor 29. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Universitas Sriwijaya.

Salisbury, M. B., and C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. D. R.  Lukman dan Sunaryomno (Penerjemah). ITB. Bandung. 343 hal.

Suhardi, 1995. Effect Of Shading, Mycorrhiza Inoculated And Organic Matter On The Growth Of Hopea Gregaria Seedling Buletin Penelitian Nomor 28. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Taiz, L. and E. Zeiger. 1991. Plant Physiology. The Benjamin/Cummings pub. Co., Inc. California. 565p.

Widiastuti, L., Tohari, Sulistyaningsih, E. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya dan  Kadar Daminosida terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan dalam Pot. Jurnal Ilmu Pertanian (11)2: 35-42.


Yusron, M., M. Januwati dan E. R. Pribadi. 2005. Standar prosedur operasional  budidaya sambiloto. Sirkuler Balittro 11:37-42.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar