Senin, 01 Juli 2013

ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK

ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK


 

LAPORAN
 



OLEH:


JAMSON HASINTONGAN T. / 110301040
AGROEKOTEKNOLOGI IA
KELOMPOK II



















LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN SUB – TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013



 ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK


 

LAPORAN
 



OLEH:

JAMSON HASINTONGAN T. / 110301040
AGROEKOTEKNOLOGI IA
KELOMPOK II


Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Tes di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Program Studi Agroekoteknologi
 Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan


Ditugaskan Oleh:
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium



(Ir. T. Sabrina, MAgr. Sc. Ph.D.)
NIP: 19640620 199903 2 001


Diperiksa Oleh :                                            Diperiksa Oleh :
Asisten Koordinator                                     Asisten Korektor




(Muhammad Riza Hapiza)                           (Jul Bahori Panggabean)
NIM : 090301045                                           NIM : 090301065



LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN SUB – TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
            Adapun judul dari laporan ini adalah Isolasi dan Skreening Mikroorganisme Selulotik yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Sub-Tanah Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
            Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada   Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS., Ir. T. Sabrina, M.agr. Sc., Ph.D.Dr. Lisnawita, SP, M.Si., Dr. Ir. Lollie Agustina, MSc.,                                                           Lutfi Aziz Mahmud Siregar, SP, M.Sc., PhD., Ir. Hardi Guchi, MP., dan Ir. Eva Sartini Bayu, M.Si. selaku dosen mata kuliah Bioteknologi Pertanian serta kepada abang dan kakak asisten yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
            Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Medan,  Juni 2013

                                                                                                     Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar belakang.............................................................................................. 1
Tujuan Percobaan......................................................................................... 2
Kegunaan Penulisan..................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme Selulotik............................................................................ 3
Isolasi........................................................................................................... 4
Skreening...................................................................................................... 5

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan..................................................................... 7
Bahan dan Alat............................................................................................ 7
Prosedur Percobaan...................................................................................... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil............................................................................................................. 9
Perhitungan.................................................................................................. 9
Pembahasan................................................................................................ 11

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan................................................................................................. 13
Saran........................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN GAMBAR
LAMPIRAN FLOW CHART





PENDAHULUAN
Latar Belakang
Organisme yang sering digunakan sebagai penghasil enzim termostabil adalah mikroba, seperti bakteri dan fungi. Hal ini karena biodiversitas mikroba tinggi sehingga menyediakan sumber enzim yang dapat dieksplorasi secara terus menerus. Mikroba dapat memproduksi enzim dengan laju yang cepat dan biaya murah (Hartanti, 2010).
Tanah mengandung berbagai macam mikroba, meliputi berbagai spesies bakteri dan ganggang, cendawan, dan laing – lain. Selulosa yang merupakan maretial yang secara alamiah terdapat pada tumbuhan kayu, dapat dikomposisikan oleh bakteri selulotik yang terdapat pada kotoran hewan, pupuk hijau, limbah pagan dan pupuk organik (Nurmayani, 2007).
Beberapa mikroba terutama dari kelompok jamur memiliki kemampuan untuk menghidrolisis selulosa alami melalui aktivitas selulosa yang dimilikinya. Perolehan mikroba selulotik yang mampu menghasilkan akativitas selulosa yang tinggi menjadi sangat penting untuk pengomposan organik (Kusnadi, dkk, 2012).
Penggunaan enzim dalam bioteknologi berkembang dnegan cepat.  Molekul selulosa membentuk serta jaringan mikroskopis yang memberikan dinding sel tumbuahn kuat dan tahan. Enzim-enzim ekstra selular yang menghidrolisa selulosa dan lignin adalah produk-produk khusus dari fungi dan bakteri tertentu (Dahliaty, dkk, 2012).
Mikroba didalam tanah sebahagian sebahagian besar terdiri dari bakteri dan ada yang bersifat selulotik. Zat ini merupakan konstituen pokok tiap-tiap dinding sel. Satu molekul selulosa dapat dibayangkan sebagai suatu pita rangkaian paling sedikit 1000 molekul glukosa (β-D-glukosa). Hidrolisis dengan pertolongan enzim selulosa menghasilkan disakarida selubiosa. Selulosa tidak dapat dicerna oleh alat-alat pencernaan mamalia (termasuk juga manusia), pula zat ini tidak larut dalam air maupun di dalam zat pelarut organik (Hasibuan, 2005).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara mengisolasi mikroorganisme selulotik dan mengukur kemampuan mikroorganisme selulotik tersebut mendekomposisi selulosa melalui uji kadar glukosa.
Kegunaan Percobaan
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di       Laboratorium Bioteknologi Pertanian Sub Tanah Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme Selulotik
Mikroorganisme yang mampu menghidrolisis selulosa dinamakan mikroorganisme selulotik. Peranan terpenting mikroorganisme tanah adalah fungsinya yang melakukan perubahan kimiawi pada substansi-substansi didalam tanah, terutama pengubahan persenyawaan organik yang mendukung karbon, nitrogen, dan fosfor menjadi persenyawaan anorganik. Proses ini disebut mineralisasi, didalamnya terlibat sejumlah besar perubahan kimiawi berperan sebagai macam spesies mikroba (Nurmayani, 2007).
Beberapa jenis bakteri, jamur dan beberapa invertebrata seperti termitidae (rayap) memiliki enzim selulase, sehingga mereka itu dapat mencerna selulosa. Serabut kapas dapat dikatakan suatu selulosa yang murni. Lignoselulosa                   (lignin = zat kayu) merupakan bahan campuran antara lignin dan selulosa, zat ini memperkuat sel-sel kayu  (Miswadi, 2012). 
Mikroorganisme yang dikultivasikan dalam suatu substrat, terjadi beberapa tahap pertumbuhan. Mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik mengeluarkan enzim, yaitu suatu substansi protein yang bertanggung jawab terhadap dekomposisi dengan cara mengurangi aktivitas. Energi senyawa-senyawa tertentu yang diperlukan untuk memecah ikatan-ikatan bahan-bahan organik atau lingkungan alami (Nurmayani, 2007).
Isolasi
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, karena dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Jika sel-sel tersebut tertangkap oleh media padat pada beberapa tempat yang terpisah, maka setiap sel atau kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah, sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya (Setyati dan Subagiyo, 2012).
Bila digunakan media cair, sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan tidak tetap tinggal ditempatnya. Akan tetapi bila sel-sel tersebut dipisahkan dengan cara pengenceran, kemudian ditumbuhkan dalam media padat dan dibiarkan membentuk koloni, maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri yang terpisah. Isolasi mikroba dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara penggoresan dan penaburan (Meryandini, 2009).
Tingkat dimana selulosa dimetabolisme diatur oleh sejumlah lingkungan dan tanah  yang bervariasi dalam karakteristik fisik dan kimia proses kapasitas selulotik sangat berbeda. Lingkungan utama, faktor yang mempengaruhi transformasi adalah tingkat ketersediaan nitrogen, air, suhu, aerasi, kelembaban, pH, kehadiran karbohidrat lainnya dan proporsi relatif dari lignin dalam residu tanaman (Nur, dkk, 2008).
Teknik isolasi adalah suatu teknik yang menggunakan media yang disterilisasikan (dihilangkan dari berbagai jenis mikroba) dan peralatan dikenal aseptic (tidak terkontaminasi Mikroorganisme). Ada dua metode umum untuk isolasi dan pemisahan mikroorganisme : 1. Metode penggoresan agar                   (streak plate) dan 2. Metode penuangan agar (pour plate). Adapun metode yang digunakan, mikroba-mikroba tersebut dipisahkan dari yang berkelompok diatas cawan yang sudah diinkubasi. Kemudian populasi tersebut membentuk koloni. Koloni tersebut merupakan sel tunggal yang disebut klon (Vanadiningrum, 2008).
Skreening
Berbagai kemajuan telah dicapai dalam bidang bioteknologi dengan menggunakan teknik-teknik screening dan seleksi untuk mendapatkan organisme yang lebih baik. Dalam system seleksi untuk mendapatkan organisme semua strein yang langka akan hidup dan sedang strein lama tidak (Hartanti, 2010).
Setelah diinokulasi, biakan bakteri disimpan atau diinkubasi atau suatu lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Pertumbuhan ini berarti pengembangan populasi sel-sel dan satu atau beberapa sel (Nur, dkk, 2008).
Aerosol dihasilkan dari Pemusingan dan pengocok bahan pemeriksaan dapat menimbulkan aerosol. Biasanya mesin pemusing (centrifuse) dan mesin pengocok tidak dimasukkan kedalam lemari pengaman, maka untuk mencegah timbulnya aerosol diruang isolasi, cara memakai alat-alat tersebut harus benar-benar sesuai prosedur dan teliti. Aerosol adalah suatu bentuk dimana partikel zat cair tersuspensi atau terapung diudara (Vanadiningrum, 2008).




BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Praktikum
Adapun percobaan ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Sub Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada ketinggian ± 25 meter diatas permukaan laut. Percobaan ini dilakukan pada hari                                 Sabtu, 08 Juni 2013 pukul 10.00 wib sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat
Bahan
Sumber mikroba sebagai sumber residu organik, (NH4)2SO4 0,5 gr sebagai bahan membuat media percobaan, K2HPO4 0,5 gr sebagai bahan membuat media percobaan, KCl 0.5 gr sebagai bahan membuat media percobaan, MgSO4.7H2O 0,05 gr sebagai bahan membuat media percobaan, CaCl2 0,05 gr sebagai bahan membuat media percobaan, Yeast Extract 0,5 gr sebagai bahan membuat media percobaan, NaCl 2,5 gr sebagai bahan untuk media pertumbuhan, Selulosa (kertas saring) 10 gr sebagai bahan membuat media percobaan, Air destilasi 1 liter sebagai bahan membuat media percobaan, Asparagin 0.5 gr sebagai bahan membuat media percobaan, Label nama untuk memberi tanda, Kapas sebagai penutup erlenmeyer dan Aluminium foil sebagai penutup botol erlenmeyer.
Autoklaf digunakan untuk sterilisasi alat atau media yang dipakai.  Laminair Air Flow sebagai media kerja steril.  Timbangan analitik untuk menentukan berat bahan yang digunakan atau untuk menimbang bahan.  Petridish sebagai tempat media.  Gelas ukur sebagai alat atau tempat penakar larutan yang digunakan.  Erlenmeyer berfungsi untuk tempat atau wadah larutan.  Beaker glass untuk tempat larutan.  Hot Plate-Stirer untuk memanaskan larutan.  Spatula untuk mengambil bahan.  Gabus sebagai penutup erlenmeyer.  Kertas saring untuk menyaring media. Pipet volumetri untuk mengambil larutan. Pipet skala untuk mengambil/memindahkan larutan.  Pipet tetes untuk mengambil reagen. Handsprayer sebagai wadah alkohol untuk sterilisasi alat dan bahan.  Baju lab untuk dipakai ketika menanam eksplan.  Serbet sebagai pembersih meja penabur.  Pulpen sebagai alat tulis.
Prosedur Percobaan
Prosedur Media Isolasi Mikroorganisme
-       Ditimbang bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk media Hans
-       Dimasukkan 100 mL ke dalam Erlenmeyer 250 ml
-       Ditutup dengan kapas dan aluminium foil.
-       Diautoclavekan selama 20 menit pada 1210C.
-       Digantung kertas saring steril dalam erlenmeyer yang berisi media yang telah disterilkan dengan cara sebahagian dari kertas saring tercelup dalam media.
-       Diinkubasi selama seminggu, dipindahkan dengan kertas saring dan 10 mL untuk menanam mikroba dalam larutan standar.
-       Koloni dapat diidentifikasi.
Mempersiapkan enzim untuk mengukur aktivitas enzim selulose
-          3 jenis media dengan selulosa sebagai sumber karbon dapat digunakan untuk mengukur kemampuan memproduksi selulosa oleh jamur.
-          Ditimbang bahan masukkan ke dalam wadah beaker, aduk hingga merata. Jika bahan masih mengendap dilakukan pemanasan di atas hot plate.
-          Sebanyak 100 ml medium dituangkan pada setiap 250 ml flasks, di autoklaf pada temperatur 1200C selama 20 menit.
-          Diinokulasikan mikroorganisme yang mau diseleksi.
-          Flasks ditutup rapat dan diletakkan diatas rotary shakers (kecepatan 180 rpm) pada 300C + 10C.
-          Setelah diinkubasikan sampai periode tertentu, sebanyak 20 ml sampel dipindahkan secara aseptikal.
-            Dilakukan sentrifusi pada 10000 rpm selama 20 menit pada temperatur ruang.
-            Untuk membersihkan supernatan menjadi kuning muda tambahkan 1 % metiolate dan harus disimpan pada kulkas untuk menghindari kehilangan aktivitas enzim yang cukup besar.
Mengukur Aktivitas Enzim Selulotik
-            Diambil 2,0 larutan enzim dimasukkan 18 mL dan 1 % carboxy methyl cellulose dalam buffer citoate – phosphate mcllvanine’s.

-            Dishaker pada rotating shaker

-            Diinkubasi selama 20 menit



-            Setiap 2 mL konsentrasi glukosa ditambahkan 2 mL campuran reagen copper alkalin.



-            Ditambahkan cmc 18 mL.


-            Ditambahkan 2 mL larutan arsenomolubdate pada setiap tabung. Dan ditambahkan reagen A + B.


-            Direbus selama 20 menit dalam water bath. Lalu didinginkan.




-            Ditambahkan air destilata sebanyak 25 mL tiap tabung kocok.


-            Dibaca hasil transmitan dengan menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang 600 nm.







HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel Larutan Standar
LARUTAN STANDAR (ML)
ABSORBEN (A)
0,25
0,0132
0,5
0,0177
0,75
0,0223
1,00
0,0269
1,25
0,0315
1,50
0,0458

Tabel Larutan Hasil Percobaan
PERLAKUAN
TRANSMITAN
ABSORDEN
JLH. POPULASI
Trichoderma (Metiolin)
95
0.0223
0.7511
Trichoderma (Kontrol)
92.5
0.0339
1.2547
Aspergillus (Metiolin)
95.5
0.0200
0.6520
Aspergillus (Kontrol)
96.5
0.0155
0.4553

Grafik Aktivitas Mikroba Trichoderma dan Aspergillus
Perhitungan
Rumus Umum Y = 0.023x + 0.005
Jumlah Trichoderma (Metiolin)
Y         = 0.023x + 0.005
X         = 0,0223 – 0,005
                      0,023
X         =0.7511

Jumlah Trichoderma (Kontrol)
Y         = 0.023x + 0.005
X         = 0.0339– 0,005
                      0,023
X         =1.2547

Jumlah Populasi Aspergillus (Metiolin)
Y         = 0.023x + 0.005
X         = 0.0200– 0,005
                      0,023
X         =0.6520

Jumlah Populasi Aspergillus (Kontrol)
Y         = 0.023x + 0.005
X         = 0.0155– 0,005
                      0,023
X         =0.4553

Pembahasan
Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh bahwa pada jamur Trichoderma jumlah populasi terbanyak terdapat pada perlakuan Trichoderma (kontrol) yakni sebesar 1,2547. Sedangkan pada perlakuan Trichoderma (Metiolyd) sebesar 0,7511. Hal ini menunjukkan bahwa mikroorganisme selulotik dalam merombak selulosa memiliki enzim selulosa dan dapat mencerna selulosa, metiolyd pada jamur Trichoderma mengalami penghambatan jumlah populasi karena mikroba ini harus menyesuaikan fase pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan Nurmayani (2007) yang menyatakan bahwa mikroorganisme yang dikultivasikan akan mengalami fase penyesuaian diri dalam pertumbuhannya.
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa Aspergillus (metiolyd) memiliki jumlah populasi tertinggi takni 0,6520 sedangkan ada Aspergillus (kontrol)             sebesar 0,4553. Hal ini menunjukkan bahwa metiolydpada jamur Aspergillus memiliki enzim selulosa yang berkarakteristik atau bervariasi. Hal ini sesuai dengan Nur, dkk, (2008) yang menyatakan bahwa tingkat dimana selulosa dimetabolisme diatur dalam sejumlah lingkungan dan tanah yang bervariasi.
Dari empat perlakuan diperoleh bahwa Trichoderma (Kontrol) memiliki jumlah populasi tertinggi yaitu 1,257 dan populasi terendah terdapat pada perlakuan Aspergillus (Kontrol) yakni 0,4533. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya nila absorben dan jumlah populasi mikroorganisme enzim selulotik dipengaruhi oleh lingkungan dan tanah yang bervariasi. Hal ini sesuai dengan Nur, dkk, (2008) yang menyatakan bahwa tingkat dimana selulosa dimetabolisme diatur dalam lingkungan utama dan tanah yang bervariasi.
Prinsip kerja pada praktikum ini adalah mengisolasi mikroorganisme selulotik dan mengukur kemampuan mikroorganisme selulotik tersebut mendekomposisi selulosa melalui uji kadar gula. Isolasi merupakan pengambilan mikroorganisme kemudian ditumbuhkan pada lingkungan yang sesuai. Hal ini sesuai dengan literatur Setyati dan Subagiyo (2012) yang menyatakan bahwa isolasi mikroorganisme mengandung arti proses pengambilan mikroorganisme dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di laboratorium.
Trichoderma harzianum dan Aspergillus niger merupakan satu jenis mikroorganisme yang mampu mendekomposisi selulosa. Trichoderma dapat menginfeksi dengan menggunakan pasak kecil yang tumbuh paada hifaa pelilit. Sesuai dengan Nurmayani (2007) yang menyatakan bahwa Trichoderma menginfeksi melalui dua mekanisme yaitu melalui :   Pasak kecil yang tumbuh pada hifa pelilit atau yang berdekatan dengan misellium inangnya                   (Penicillium vermiculatum), Produksi enzim pelisis yang dapat mencerna sebagian dinding selulosa.
Faktor – faktor yang mempengaruhi isolasi mikroorganisme adalah aerosol pada alat centrifuse, substrat, suhu, variasi tanah, lingkungan utama. Hal ini sesuai dengan Nur, dkk, (2008) yang menyatakan bahwa lingkungan utama dan aerosol mempengaruhi populasi mikroorganisme selulotik.









KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Pada Perlakuan Jamur Trichoderma harzianum kontrol memiliki data tertinggi untuk jumlah populasi yakni 1,2547 dan pada                            Trichoderma harzianum ditambah methyolid sebesar 0,7511. Sedangkan pada Aspergillus niger ditambah methyolid sebesar 0,6520 dan pada                Aspergillus niger (kontrol) sebesar 0,4553.
2.      Dari hasil percobaan jumlah populasi mikroorganisme selulotik tertinggi adalah pada Trichoderma harzianum yakni 1,2547 sedangkan terendah terdapat pada Aspergillus niger yakni 0,4553.
3.      Faktor – faktor yang mempengaruhi isolasi mikroorganisme selulotik adalah aerosol dari centrifuse, substrat yang tersedia, lingkungan utama, dan variasi tanah.
4.      Prinsip percobaan isolasi mikroorganisme selulotik adalah dengan memisahkan mikroba yang satu dengan mikroba yang lain diharapkan mampu ditemukan mikroba selulotik yang spesifik.
5.      Trichoderma harzianum dan Aspergillus niger  merupakan mikroorganisme selulotik yang mampu mendekomposisi selulosa.
Saran
Diharapkan praktikan harus benar-benar konsentrasi dalam pembuatan larutan standar guna untuk diperoleh hasil yang optimum.


DAFTAR PUSTAKA
Dahliaty, A., R. Susanti, dan Y. Haryani. 2012. Skrining Bakteri Lipotilik dari Air Sungai Siak di Daerah Pelita Pantai Kota Pekanbaru. J. Indonesia. Che. Acta Vol. 3 No. 1.

Hartanti. 2010. Isolasi dan Seleksi Bakteri Selulotik Termofilik dari Kawah Air Panah Gunung Pancar, Bogor. [Skripsi] Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hasibuan, H. 2005. Isolasi dan Uji Potensi Mikroorganisme Selulotilik dalam Mendegradasi Limbah Tandan Kosong Sawit. [Thesis] Institu Pertanian Bogor, Bogor.

Kusnadi, Saefudin, dan A. Efrianti. 2010. Keanekaragaman Jamur Selulotilik dan Amilotilik Pengurai Sampah Organik dari berbagai Substrat. [Jurnal] Universitas Pendidikan Bandung, Bandung.

Meryandini, A., W. Widosari, B. Maranatha, T. C. Sunarti, N Rachmania, dan             H. Satria. 2009. Isolasi Bakteri Selulotilik dan Karakterisasi Enzimnya. Makara Sains Vol. 13 No. 1

Miswadi. 2012. Peran Mikroorganisme dalam Penguraian Bahan Organik Pakan Ternak. [Paper] Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Nur, H. S., A. Meryandini, dan Hamim. 2008. Pemanfaatan Bakteri Selulotilik dan Xilalotilik yang Polinase untuk Dekomposisi Jerami Padi. J. Tanah Tropis Vol. 14 No. 1.

Nurmayani, D. 2007. Isolasi dan Uji Potensi Mikroorganisme Selulotilik Asal Tanah Gambut dan Kayu sedang Melapuk dalam Mendekomposisi Kayu. [Skripsi] Universitas Sumatera Utara, Medan.

Setyati, W. A. Dan Subagiyo. 2012. Isolasi dan Seleksi Bakteri Penghasil Enzim Ekstraseluler yang Berasal dari Sedimen Kawasan Manggrove. Ilmu Kelautan Vol. 17 No. 3.


Vanadianingrum, E. S. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Enzim Xilanase dari Cairan Rumen Kambing dan Domba sebagai Sumber Panas di Cipanas. [Skripsi] Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar