HAMA PENGGEREK
BATANG KAKAO (Zeuzera
sp )
PADA TANAMAN KAKAO ( Theobroma
cacao L. )
LAPORAN
Oleh :
JAMSON
HT
110301040
AGROEKOTEKNOLOGI
LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB
HAMA
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
HAMA PENGGEREK
BATANG KAKAO (Zeuzera
sp)
PADA TANAMAN KAKAO ( Theobroma
cacao L. )
LAPORAN
Oleh :
JAMSON
HT
110301040
AGROEKOTEKNOLOGI
Laporan ini
sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal tes
di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Hama
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan
Ditugaskan oleh :
Dosen penanggung jawab
( Ir. Fatimah Zahara )
NIP : 1959 0710 1989 03 200 1
Diketahui oleh : Diperiksa oleh :
Asisten Koordinator Asisten Korektor
(Ruomenson D.J. Bakara) (Irma
Agustina)
NIM : 080302037 NIM : 080302035
LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB
HAMA
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan lindungan-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari
laporan ini adalah “Hama
Penggerek Batang Kakao (Zeuzera sp) pada Tanaman Kakao (
Theobroma cacao L. )” yang
merupakan salah satu
syarat untuk dapat mengikuti Pratikal Tes di
Laboratorium Dasar
Perlindungan Tumbuhan Sub Hama Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada
kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih
kepada Prof.
Dr. Dra. M. Cyccu Tobing, MS, Ir. Fatimah Zahara, Ir. Muhktar Iskandar Pinem,
M.Agr., Ir. Lahmuddin Lubis, MP, dan Ir.Mena Uly Tarigan MS, serta Abang dan Kakak Asisten Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman yang telah membantu penulis sehingga laporan ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari
bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... iii
PENDAHULUAN................................................................................................ 1
Latar
Belakang............................................................................................... 1
Tujuan
Penulisan............................................................................................ 2
Kegunaan Penulisan....................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 3
Botani
Tanaman............................................................................................. 3
Syarat
Tumbuh............................................................................................... 6
Iklim...................................................................................................... 6
Tanah..................................................................................................... 6
Biologi
hama.................................................................................................. 7
Gejala
Serangan........................................................................................... 11
Pengendalian................................................................................................ 12
PERMASALAHAN........................................................................................... 14
PEMBAHASAN................................................................................................. 15
KESIMPULAN................................................................................................... 17
Kesimpulan.................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 18
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kakao (Theobroma
cacao L.) telah dikenal di
Indonesia sejak tahun 1560, tetapi baru menjadi komoditi yang sangat penting
sejak tahun 1951. Jenis yang pertama sekali ditanam di Indonesia Criollo, yaitu
di daerah Sulawesi Utara yang berasal dari Venezuela. Pada tahun 1888
diperkenalkan bahan tanaman Java Criollo asal Venezuela yang bahan dasarnya
adalah kakao asal Sulawes Utara tersebut, sebagai bahan tanaman tertua untuk
mendapat bahan tanaman unggul. Sebelumnya pada tahun 1880, juga diperkenalkan
bahan tanaman jenis forester asal Venezuela untuk maksud yang sama. Dari hasil
penelitian saat itu, direkomendasikan bahan tanaman klon-klon DR, KWC, dan G
dengan berbagai nomor (Sihotang, 2010).
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman
perkebunan. Kakao dapat mulai berproduksi pada umur delapan belas bulan (1,5
tahun), dan dapat menghasilkan biji kakao yang selanjutnya dapat diproses
menjadi bubuk coklat. Secara teknis, rendahnya produktivitas dan mutu kakao
disebabkan beberapa hal, diantaranya: benih yang digunakan beragam dan local,
pemeliharaan dilakukan seadanya dan belum dilakukan fermentasi sebagai factor
penentu mutu kakao (Nasriyati, dkk., 2008).
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian
(2005), kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup
penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,
sumber pendapatan dan devisa Negara. Disamping itu, kakao juga berperan dalam
mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri (http://deptan.ac.id/
, 2008).
Hama dan penyakit tanaman kakao yang juga merupakan hama utama
bagi para petani kakao adalah hama penggerek batang yang disebabkan oleh
sejenis serangga yang dalam bahasa latinnya Zeuzera
coffeae Nietn dan Glenea spp. Hama ini dialami hampir
semua petani kakao kita, apalagi bila sanitasi lahan jarang dilakukan dan
member peluang untuk hama ini berkembang biak dnegan baik dan secara perlahan
dan pasti akan merusak batang kakao sehingga menjadi salah satu penyebab
menurunnya produktivitas kakao petani (Hidayat, 2008).
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui
bagaimana pengendalian hama Penggerek Batang
(Zeuzera sp) pada Tanaman
Kakao (Theobroma cacao L.).
Kegunaan Percobaan
-
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes
dilaboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Departemen Hama dan Penyakit
tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
-
Sebagai bahan informasi bagi
pihak yang membutuhkan informasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Sihotang (2010) Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di klasifikasikan sebagai berikut,
Kingdom : Plantae
Divisio :
Spermatophyta
Sub Divisio :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledoneae
Ordo :
Malvales
Genus :
Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L.
Habitat
asli tanaman kakao adalah hutan tropis dengan naungan pohon pohon yang tinggi,
curah hujan tinggi, suhu sepanjang tahun relatif sama, serta kelembapan tinggi
dan relatif sama. Dalam habitat seperti itu, tanaman kakao akan tumbuh tinggi
tetapi bunga dan buahnya sedikit. Jika di budidayakan di kebun, tinggi tanaman
umur tiga tahun mencapai 1,8 – 3,0 meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai
4,50 – 7,0 meter. Tinggi tanaman tersebut beragam, dipengaruhi oleh intensitas
naungan serta faktor faktor tumbuh yang tersedia. Tanaman kakao bersifat
dimorsisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah
pertumbuhannya ke atas disebut dengan ortotrop atau tunas air (Sitompul, 2008).
Akar tanaman kakao (Theobroma cacao L.) adalah akar tunggang (radix primaria). Pertumbuhan akar kakao
bisa sampai delapan meter kearah samping dan lima belas meter kearah sumber
air. Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) yang diperbanyak secara vegetatif
pada awal pertumbuhannya tidak membutuhkan akar tunggang, melainkan akar-akar
serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut menumbuhkan dua
akar tunggang (Sihotang, 2010).
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) dapat tumbuh sampai ketinggian 8-10 meter dari pangkal batangnya pada
permukaan tanah. Tanaman kakao punya kecenderungan tumbuh lebih pendek bila
tanaman tanpa pohon pelindung. Diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang
diperbanyak melalui biji akan menumbuhkan cabang-cabang primer. Letak
cabang-cabang primer itu tumbuh disebut jorguette, yang tingginya dari
permukaan tanah 1-2 meter. Ketinggian jorguette yang ideal adalah 1,2 – 1,5
meter agar tanaman dapat menghasilkan tajuk yang baik dan seimbang. Dari batang
maupun cabang acapkali tumbuh tunas-tunas air (chupon). Bila tunas air ini
dibiarkan tumbuha akan membentuk jorket kembali. Tunas air tersebut juga
menyerap banyak energi sehingga bila dibiarkan tumbuh akan mengurangi
pembungaan dan pembuahan. Karena itu tunas air harus dipangkas secara berkala (Santoso,
2007).
Sama dengan sifat
percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop,
tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5 – 10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop
panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daun bentuknya silinder
dan bersisik halus, bergantung pada tipenya. Salah satu sifat khusus daun kakao
yaitu adanya dua persendian (articLarvaion)
yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daun. Dengan persendian ini
dilaporkan daun mampu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya
sinar matahari. Bentuk helai daun bLarva memanjang (oblongus) ujung daun
meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang
menyirip dan tulang daun menonjol kepermukaan helai daun. Tepi daun rata,
daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua
bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm,
permukaan daun licin dan mengkilap (Suhaidi, 2005).
Bunga tanaman kakao
tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (calyx) sebanyak 5 helai, dan benang sari (androecium) sejumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 cm. Bunga
disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2-4 cm. Tangkai bunga tersebut
tumbuh dari bantalan bunga pada batang atau cabang. Bantalan bunga pada cabang
akan menumbuhkan bunga ramiflora sedangkan bantalan bunga pada batang akan
menumbuhkan bunga cauliflora, yang diameter serbuk sarinya hanya 2-3 mikron
(Sihotang, 2010).
Buah kakao yang masih muda
disebut cherelle, dan sampai 3 bulan
pertama sejak perkembangannya akan terjadi cherelle
wilt, yaitu buah muda menjadi kering dan mengeras. Kehilangan buah dapat
mencapai 80% dari seluruh buah yang semula berkembang. Buah yang sudah masak
disebut pod atau tongkol, warnanya
bermacam-macam dan ukurannya antara 10-30 cm. Buah yang sudah masak pada
umumnya memiliki 2 macam warna (Sunanto, 2002).
Syarat Tumbuh
Iklim
Kakao (Theobroma cacao L.)
adalah tanaman perkebunan yang dapat tumbuh di berbagi tempat, asalkan sifat
fisik dan kimiawi dapat dipenuhi. Batas geografis penanaman kakao yaitu 200LU
dan 200LS, tetapi daerah kakao yang paling baik terbatas pada 100LU
dan 100LS. Tanaman kakao dapat tumbuh baik pada suhu 180C-320C
dengan suhu rata-rata 250C, suhu rata-rata bulanan terdingin tidak
boleh kurang dari 150C. Pengaruh suhu terhadap kakao erat kaitannya
dengan kertersediaan air, sinar matahari dan kelembapan. Pada suhu rendah
sering meyebabkan pembungaan terlambat dan penurunan suhu dibawah 220C
menyebabkan bunga terhenti (Oktaviani, 2008).
Hal
terpenting dari curah hujan yang berhubungan dengan pertamanan kakao adalah
distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa pembentukan
tunas muda dan produksi. Areal penanaman kakao yang ideal adalah di
daerah-daerah bercurah hujan 1.100 –
3.000 mm per tahun. Disamping kondisi fisik dan kimia tanah, curah hujan yang
melebihi 4.500 mm per tahun tampaknya berkaitan dengan serangan penyakit busuk
buah (black pods) (Sihotang, 2010).
Tanah
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman adalah sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara mikro dan makro tanah, kejenuhan
basa, kapasitas tukar kation (KTK), pH atau keasaman tanah, dan kadar bahan
organik relatif mudah diperbaiki dengan teknologi yang ada. Sementara itu,
sifat tanah yang meliputi tekstur, struktur, konsistensi, kedalaman efektif
tanah (slum), dan akumulasi endapan
suatu (konkresi) relatif sulit diperbaiki meskipun teknologi perbaikannya telah
ada (Suhaidi, 2005).
Tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman kakao mempunyai pH berkisar antara 6.0-7.0, kandungan bahan
organik tanah lebih dari 4%, KTK lebih dari 24 me/100gr, dan kejenuhan basa
rata-rata lebih dari 50% (Oktaviani, 2008).
Biologi Hama
Menurut Ratmawati (2002) Penggerek Batang Kakao (Zeuzera sp) diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Cossidae
Spesies : Zeuzera sp
Telur hama Zeuzera sp berwarna kuning kemerahan atau kuning ungu dan akan berubah menjadi kuning kehitaman, menjelang menetas. Telur diletakkan dicelah kulit kayu (http://www.deptan.go.id/, 2002).
Larva berwarna merah cerah sampai ungu sawo matang dan panjangnya 3-5 cm. Stadium larva berkisar antara 81-151
hari. Larva menggerek batang-batang berkayu dan ranting-ranting tanaman kopi
serta pada tanaman yang masih muda setidaknya 3 bulan dan cabang berdiameter 3
cm. Liang gerekan berukuran panjang 40-50 cm dan diameter 1-1,2 cm yang
melingkari batang dalam kulit sekunder, sehingga bagian atas cabang itu mati
dan mudah patah. Serangan hama ini bias mencapai bagian tengah kayu (Ratmawati,
2002).
Apabila larva masih aktif didalam, maka akan terlihat adanya
serbuk gerek berbentuk bLarvaan-bLarvaan kecil berdiameter 1-2 mm dengan warna
coklat kemerahan yang menggerek sampai ke bagian xylem dan bergerak kearah
vertical, dan atau membuat liang gerek melingkar batang. Adanya liang gerek
terutama yang melingkar batang, akan membuat pohon menjadi rentan terhadap
tiupan angin (Haneda dan Prat, 1999).
Pada waktu pembuatan pupa, larva akan keluar dari lubangnya. Pupa
berada didalam “kamar pupa” pada liang gerekan dengan panjang 7-12 cm. Umur
pupa 17-120 hari tergantung pada nilai gizi makanannya dan keadaan iklim pada
waktu berkepompong. Menjelang menetas, pupa bergerak dengan gerigi yang
terdapat di punggungnya turun dengan “tanduknya” ia mendorong sekat-ludah
hingga membuka pintu bundar. Kemudian ia bergerak terus ke bawah sampai pada
“pintu keluar” dan mendorong “daun pintu” sisa kulit yang kini sudah kering dan
mudah terbuka atau relepas. Pupa terus beringsut ke luar lubang sampai kurang
lebih separuh badannya menonjol keluar lubang dan menetaslah kupu-kupunya
dengan meninggalkan sarung kepompongnya tetap menyumbat pada “pintu keluar” (Ratmawati,
2002).
Imago keluar dari kepompong dengan meninggalkan kulit kepompong
yang menempel pada liang gerek. Tanaman inang dari Larva Zeuzera sp Adalah kakao, jati, mahoni, bungur, kosambi, kopi, kina,
kapuk randu, dan jambu biji. Negara penyebar Zeuzera sp Nietn. Adalah
India, Srilangka, Asia Tenggara,, Papua Nugini, dan Cina (Sunanto, 2000).
Kupu-kupunya berukuran panjang 4 cm dan 2,5 cm lebar dengan warna
dominan merah. Telur diletakkan pada cokelat kulit kayu. Telur berwarna kuning
ungu dan bila hendak menetas berubah warna menjadi kuning kehitaman. Penyebaran
dibantu oleh parasut yang dibuat sendiri. Pada waktu menyebar persentase
kematiannya cukup tinggi. Siklus hidupnya 4-5 minggu (Siregar, dkk., 2000).
Imago berupa kupu-kupu menarik warna putih dengan bercah hitam,
abdomen biasanya abu-abau. Cara meletakkan telur dilakukan dengan jalan,
mengeluarkan corong penelurnya yang digerak-gerakkan kekanan dan kekiri,
kedepan-belakang sambil meletakkan telur. Kemudian beristirahat sebentar dan
bertelur lagi. Peneluran berlangsung 6-8 kali dalam sehari selama 5-6 hari.
Jumlah telur seluruhnya antara 500-1000 butir tiap ekor kupu-kupu betina.
Ngengat aktif pada malam hari (Ratmawati, 2002).
Gejala Serangan Hama Zeuzera sp
Larva dari serangga ini menggerek cabang-cabang tanaman kakao yang
bergaris tengah sekitar 3-5 cm. Larva penggerek menyerang cabang tanaman kakao
dengan cara menggerek batang pada kulit sekunder, sehingga cabang bagian atas
mati atau mudah patah. Serangan pada cabang muda, pada umumnya hanya
menyebabkan hambatan pertumbuhan sementara. Jika Larva itu telah keluar, batang
tersebut tumbuh normal kembali. Serangan hama ini ditandai dengan adanya
kotoran yang membentuk silindrik dan berwarna merah sawo matang yang
dikeluarkan melalui liang gerek. Akibat dari serangan penggerek ini tanaman
kakao kehilangan sebagian dari cabang-cabangnya yang produktif. Bahkan jika
menyerang batang utama yang masih muda dapat mematikan tanaman budidaya (Sunanto,
2000).
Pada stadia larva dapat menyebabkan serangan penggerek batang
merah. Hama Larva ini merusak bagian batang dengan cara menggerek menuju
empelur (xylem) batang atau cabang. Menyerang tanaman muda. Pada permukaan
batang yang baru digerek sering terdapat campuran kotoran dengan serpihan
jaringan. Bila cabang terserang dipotong dan dibelah, akan Nampak lubang
gerekan masuk melintang cabang, kemudian membelok kea rah pucuk membentuk
terowongan-gerekan yang panjang. Akibat serangan larva penggerek batang merah
ini, bagian tanaman di atas lubang gerekan akan merana, layu, kering, dan mati,
sehingga menyebabkan distribusi hara dan air terganggu (Ratmawati, 2002).
Serangan Zeuzera sp. Menyebabkan
daun mengalami nekrosis dan pucuk pada tanaman dewasa akan mati. Serangannya
terutama pada cabang-cabang muda yang lembek, misalnya di sudut tangkai daun. Larva
Zeuzera sp. Akan melubangi kulit kayu
kemudian Larva masuk kedalamnya dan merusak berkas pembuluhnya. Larva ini
dikayu mampu menggerek sampai dengan 9-30 cm dan mengeluarkan sisa gerekan
berupa serbuk kayu bercampur lender. Cabang yang diserang mengalami kekeringan
dan lentiselnya akan membesar sehingga akhirnya kulit kayunya retak dan pecah
(Siregar, 2000).
Pengendalian Hama Zeuzera sp
-
Secara Mekanis
Batang tanaman kakao yang
terserang dipotong 10 cm dibawah lubang gerak kearah pangkal batang kemudian
batang dibakar diluar kebun (Hidayat, 2008). Pengendalian dapat juga dilakukan
dengan cara menyumbat liang-liang gerek dengan kapas yang telah dicelupkan
dalam insektisida (Sunanto, 2000)
-
Biologis
Dengan musuh alami sejenis
parasitoid : Bracon zeuzerae, Isosturmia
chatterjeena dan Carceria kockiana. Selain dengan musuh alami, hama ini
dapat juga dikendalikan dengan jamur phatogen serangga Beuveria bossiana (Ratmawati, 2000)
-
Kultur Teknis
Pembersihan merupakan cara
bercocok tanam yang paling tua dan cukup efektif untuk menurunkan populasi
hama. Banyak hama yang dapat bertahan hidup atau berdiapause di sisa-sisa
tanaman. Dengan mebersihkan sisa-sisa tanaman tersebut berarti kita mengurangi
laju peningkatan populasi dan ketahanan hidup hama. Pada prinsipnya teknik
sanitasi adalah membersihka lahan dari jenis-jenis tanaman singgang, tunggul
tanaman, atau bagian-bagian tanaman berbeda (Untung, 1996).
-
Kimiawi
Faktor pengendalian ini
digunakan apabila kerusakan yang disebabkan oleh serangga hama sudah melewati
garis Normal. Menutup lubang gerekan hama dengan kapas yang telah diberi aturan
Insektisida. Menginfus tanaman dengan insektisida sistemik, baik melalui batang
maupun ujung akar (Ratmawati, 2002).
PERMASALAHAN
Larva penggerek menyerang cabang tanaman kakao dengan cara
menggerek batang pada kulit sekunder, sehingga cabang bagian atas mati atau
mudah patah. Serangan pada cabang muda, pada umumnya hanya menyebabkan hambatan
pertumbuhan sementara Akibat dari serangan penggerek ini tanaman kakao
kehilangan sebagian dari cabang-cabangnya yang produktif. Bahkan jika menyerang
batang utama yang masih muda dapat mematikan tanaman budidaya.
Pada stadia larva dapat menyebabkan serangan penggerek batang
merah. Hama Larva ini merusak bagian batang dengan cara menggerek menuju
empelur (xylem) batang atau cabang. Menyerang tanaman muda. Bila cabang
terserang dipotong dan dibelah, akan Nampak lubang gerekan masuk melintang
cabang, kemudian membelok kea rah pucuk membentuk terowongan-gerekan yang
panjang. Akibat serangan larva penggerek batang merah ini, bagian tanaman di
atas lubang gerekan akan merana, layu, kering, dan mati, sehingga menyebabkan
distribusi hara dan air terganggu.
Larva Zeuzera sp. Akan melubangi kulit kayu kemudian Larva
masuk kedalamnya dan merusak berkas pembuluhnya. Larva ini dikayu mampu
menggerek sampai dengan 9-30 cm dan mengeluarkan sisa gerekan berupa serbuk
kayu bercampur lender.
Akibat serangan larva penggerek batang merah ini, bagian tanaman
di atas lubang gerekan akan merana, layu, kering, dan mati, sehingga
menyebabkan distribusi hara dan air terganggu
PEMBAHASAN
Akibat dari serangan penggerek ini tanaman kakao kehilangan
sebagian dari cabang-cabangnya yang produktif. Bahkan jika menyerang batang
utama yang masih muda dapat mematikan tanaman budidaya. Hal ini sesuai dengan Sunanto
(2002) yang menyatakan bahwa serangan pada cabang muda, pada umumnya hanya
menyebabkan hambatan pertumbuhan sementara. Jika Larva itu telah keluar, batang
tersebut tumbuh normal kembali. Serangan hama ini ditandai dengan adanya
kotoran yang membentuk silindrik dan berwarna merah sawo matang yang
dikeluarkan melalui liang gerek. Akibat dari serangan penggerek ini tanaman
kakao kehilangan sebagian dari cabang-cabangnya yang produktif. Bahkan jika
menyerang batang utama yang masih muda dapat mematikan tanaman budidaya.
Pada permukaan batang yang baru digerek sering terdapat campuran
kotoran dengan serpihan jaringan. Bila cabang terserang dipotong dan dibelah,
akan Nampak lubang gerekan masuk melintang cabang, kemudian membelok kea rah
pucuk membentuk terowongan-gerekan yang panjang. Hal ini seusai dengan
Ratmawati (2002) yang menyatakan bahwa Larva penggerek menyerang cabang tanaman
kakao dengan cara menggerek batang pada kulit sekunder, sehingga cabang bagian
atas mati atau mudah patah. Serangan pada cabang muda, pada umumnya hanya
menyebabkan hambatan pertumbuhan sementara. Jika Larva itu telah keluar, batang
tersebut tumbuh normal kembali. Serangan hama ini ditandai dengan adanya
kotoran yang membentuk silindrik dan berwarna merah sawo matang yang dikeluarkan
melalui liang gerek.
Larva ini dikayu mampu menggerek sampai dengan 9-30 cm dan
mengeluarkan sisa gerekan berupa serbuk kayu bercampur lender. Cabang yang
diserang mengalami kekeringan dan lentiselnya akan membesar sehingga akhirnya
kulit kayunya retak dan pecah hal ini sesuai dengan Siregar (2000) yang
menyatakan bahwa Larva Zeuzera sp. Akan melubangi kulit kayu kemudian Larva masuk kedalamnya dan
merusak berkas pembuluhnya. Larva ini dikayu mampu menggerek sampai dengan 9-30
cm dan mengeluarkan sisa gerekan berupa serbuk kayu bercampur lender. Cabang
yang diserang mengalami kekeringan dan lentiselnya akan membesar sehingga
akhirnya kulit kayunya retak dan pecah.
Batang tanaman kakao yang terserang dipotong 10 cm dibawah lubang
gerak kearah pangkal batang kemudian batang dibakar diluar kebun. Hal ini
sesuai dengan Hidayat (2008) yang menyatakan bahwa Batang tanaman kakao yang
terserang dipotong 10 cm dibawah lubang gerak kearah pangkal batang kemudian
batang dibakar diluar kebun.
KESIMPULAN
Kesimpulan
1.
Akibat dari serangan
penggerek ini tanaman kakao kehilangan sebagian dari cabang-cabangnya yang
produktif.
2.
Larva Zeuzera sp. Akan
melubangi kulit kayu kemudian Larva masuk kedalamnya dan merusak berkas
pembuluhnya.
3.
Pada permukaan batang yang
baru digerek sering terdapat campuran kotoran dengan serpihan jaringan.
4.
Larva ini dikayu mampu
menggerek sampai dengan 9-30 cm dan mengeluarkan sisa gerekan berupa serbuk
kayu bercampur lender.
5.
Faktor pengendalian Secara
Kimiawi digunakan apabila kerusakan yang disebabkan oleh serangga hama sudah
melewati garis Normal.
DAFTAR PUSTAKA
Haneda, N.F. dan Prat, A.W. 1999. Sudi Mekanisme Toleransi
Leda (Eucalyptus deglupta Blumeb)
Terhadap Hama Penggerek Batang (Zeuzera
coffeae) untuk Menunjang Pemuliaan Jenis. Diakses dari http://repository.its.ac.id/ pada tanggal 21 Mei 2012 Pukul 22.00 wib
Hidayat, H. 2008. Hama Penggerek Batang Tanaman Kakao.2008. Balai
Besar Penelitian Tanaman Perkebunan. Kalimantan. Diakses dari http://www.deptan.go.id/ pada tanggal 20 Mei
2012 pukul 17.30 wib
http://www.deptan.go.id/.
2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kakao [Edisi Kedua]. Proyek
Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat, Direktorat Jendral Perkebunan.
Jakarta.
http://www.deptan.go.id/
Prospek Menggiurkan Investasi Budidaya Kakao. Badan Perijinan dan Penanaman
Modal Daerah Provinsi Kalimantan Timur. Samarinda
Nasriaty ; Firdausil, A.B. ; dan Yani, A. 2008. Teknologi Budidaya
Kakao. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Balitbang
Peranian. Jakarta. http://www.deptan.go.id/
diakses pada tanggal 19 Mei 2012 pukul 14.30 wib
Oktaviani, W. 2008. Peningkatan Produksi Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Melalui Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Paclobutrazol pada Berbagai Konsentrasi. Program Studi Agronomi,
Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Ratmawati, I. 2002. Penggerek Batang Merah (Zeuzera coffeae) pada
Tanaman Kopi. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. Diakses
dari http://repository.its.ac.id/
pada tanggal 19 Mei 2012 pukul 21.30
Santoso, B. 2007. Mekanisme Budidaya Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) pada Lahan eks PT Perkebunan Nusantara XI dengan Teknik Tumpang
Sari. diakses dari http://repository.its.ac.id/
pada tanggal 21 Mei 2012 Pukul 19.30 wib
Sihotang, B. 2010. Kakao [Artikel-Budidaya Tanaman]. Bogor
Agriculture Institute e-repository. diakses dari http://repository.ipb.ac.id/ pada tanggal 18 Mei 2012 pukul 20.00 wib.
Siregar, THS ; Riyadi, S. ; dan Nuareni, L. 2000. Budidaya,
Pengolahan, dan Pemanasan Global Cokelat. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Sitompul, A.G. 2008. Analisis Pertanaman Kakao (Theobroma cacao L.) dengan Perlakuan Berbeda di Kebun Percobaan Institut Pertanian
Bogor. Diakses http://repository.ipb.ac.id/
pada tanggal 20 Mei 2012 pukul 17. 20 wib
Suhaidi, E. 2005. Pengembangan Budidaya Kakao dan Pengolahan
Kakao. diakses http://www.scribd.bertanamkakao/0r994889
pada tanggal 19 Mei 2012 pukul 18.20 wib
Sunanto, H. 2002. Cokelat, Budidaya, Pengolahan Hasil Studi dan
Aspek Ekonominya. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Untung, K. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada
University. Yogyakarta.
Thank you very much
BalasHapus