Minggu, 28 Oktober 2012

HAMA PENGGEREK BATANG KAKAO (Zeuzera sp )


HAMA PENGGEREK BATANG KAKAO (Zeuzera sp )
PADA TANAMAN KAKAO ( Theobroma cacao L. )

LAPORAN


Oleh :

JAMSON HT
 110301040
 AGROEKOTEKNOLOGI



FPERT



LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB HAMA
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012


HAMA PENGGEREK BATANG KAKAO (Zeuzera sp)
PADA TANAMAN KAKAO ( Theobroma cacao L. )

LAPORAN

Oleh :

JAMSON HT
 110301040
 AGROEKOTEKNOLOGI

Laporan ini sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal tes
di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Hama
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

Ditugaskan oleh :
Dosen penanggung jawab


( Ir. Fatimah Zahara )
                                          NIP : 1959 0710 1989 03 200 1
       Diketahui oleh :                                                             Diperiksa oleh :
   Asisten Koordinator                                                        Asisten Korektor


(Ruomenson D.J. Bakara)                                                    (Irma Agustina)     
     NIM : 080302037                                                            NIM : 080302035


LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB HAMA
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena  berkat rahmat dan lindungan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Adapun   judul    dari   laporan   ini    adalah   “Hama Penggerek Batang Kakao (Zeuzera sp) pada Tanaman Kakao ( Theobroma cacao L. )  yang   merupakan   salah   satu  syarat   untuk dapat mengikuti Pratikal Tes di Laboratorium Dasar Perlindungan Tumbuhan Sub Hama Program Studi Agroekoteknologi  Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan   ini    penulis   mengucapkan   terima   kasih     kepada   Prof. Dr. Dra. M. Cyccu Tobing, MS, Ir. Fatimah Zahara, Ir. Muhktar Iskandar Pinem, M.Agr.,  Ir. Lahmuddin Lubis, MP, dan Ir.Mena Uly Tarigan MS, serta Abang dan Kakak Asisten Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman yang telah membantu penulis sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.



                                                                                   Medan,      Mei 2012
                                                                                                                                        Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... iii
PENDAHULUAN................................................................................................ 1
Latar Belakang............................................................................................... 1
Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
Kegunaan Penulisan....................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 3
Botani Tanaman............................................................................................. 3
Syarat Tumbuh............................................................................................... 6
         Iklim...................................................................................................... 6
         Tanah..................................................................................................... 6
Biologi hama.................................................................................................. 7
Gejala Serangan........................................................................................... 11
Pengendalian................................................................................................ 12
PERMASALAHAN........................................................................................... 14
PEMBAHASAN................................................................................................. 15
KESIMPULAN................................................................................................... 17
Kesimpulan.................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 18
LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) telah dikenal di Indonesia sejak tahun 1560, tetapi baru menjadi komoditi yang sangat penting sejak tahun 1951. Jenis yang pertama sekali ditanam di Indonesia Criollo, yaitu di daerah Sulawesi Utara yang berasal dari Venezuela. Pada tahun 1888 diperkenalkan bahan tanaman Java Criollo asal Venezuela yang bahan dasarnya adalah kakao asal Sulawes Utara tersebut, sebagai bahan tanaman tertua untuk mendapat bahan tanaman unggul. Sebelumnya pada tahun 1880, juga diperkenalkan bahan tanaman jenis forester asal Venezuela untuk maksud yang sama. Dari hasil penelitian saat itu, direkomendasikan bahan tanaman klon-klon DR, KWC, dan G dengan berbagai nomor (Sihotang, 2010).
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan. Kakao dapat mulai berproduksi pada umur delapan belas bulan (1,5 tahun), dan dapat menghasilkan biji kakao yang selanjutnya dapat diproses menjadi bubuk coklat. Secara teknis, rendahnya produktivitas dan mutu kakao disebabkan beberapa hal, diantaranya: benih yang digunakan beragam dan local, pemeliharaan dilakukan seadanya dan belum dilakukan fermentasi sebagai factor penentu mutu kakao (Nasriyati, dkk., 2008).
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian (2005), kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa Negara. Disamping itu, kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri (http://deptan.ac.id/ , 2008).
Hama dan penyakit tanaman kakao yang juga merupakan hama utama bagi para petani kakao adalah hama penggerek batang yang disebabkan oleh sejenis serangga yang dalam bahasa latinnya Zeuzera coffeae Nietn dan Glenea spp. Hama ini dialami hampir semua petani kakao kita, apalagi bila sanitasi lahan jarang dilakukan dan member peluang untuk hama ini berkembang biak dnegan baik dan secara perlahan dan pasti akan merusak batang kakao sehingga menjadi salah satu penyebab menurunnya produktivitas kakao petani (Hidayat, 2008).
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui bagaimana pengendalian hama Penggerek Batang  (Zeuzera sp) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.).
Kegunaan Percobaan
-          Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes dilaboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Departemen Hama dan Penyakit tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
-          Sebagai bahan  informasi bagi pihak  yang membutuhkan informasi.








TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman

Menurut Sihotang (2010) Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di klasifikasikan sebagai berikut,
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Sub Divisio     : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledoneae
Ordo                : Malvales

 
Family             : Sterculiceae
Genus              : Theobroma
Spesies            : Theobroma cacao L.
           Habitat asli tanaman kakao adalah hutan tropis dengan naungan pohon pohon yang tinggi, curah hujan tinggi, suhu sepanjang tahun relatif sama, serta kelembapan tinggi dan relatif sama. Dalam habitat seperti itu, tanaman kakao akan tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya sedikit. Jika di budidayakan di kebun, tinggi tanaman umur tiga tahun mencapai 1,8 – 3,0 meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,50 – 7,0 meter. Tinggi tanaman tersebut beragam, dipengaruhi oleh intensitas naungan serta faktor faktor tumbuh yang tersedia. Tanaman kakao bersifat dimorsisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan ortotrop atau tunas air        (Sitompul, 2008).
           Akar tanaman kakao (Theobroma cacao L.) adalah akar tunggang (radix primaria). Pertumbuhan akar kakao bisa sampai delapan meter kearah samping dan lima belas meter kearah sumber air. Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak membutuhkan akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut menumbuhkan dua akar tunggang (Sihotang, 2010).
           Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) dapat tumbuh sampai ketinggian   8-10 meter dari pangkal batangnya pada permukaan tanah. Tanaman kakao punya kecenderungan tumbuh lebih pendek bila tanaman tanpa pohon pelindung. Diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak melalui biji akan menumbuhkan cabang-cabang primer. Letak cabang-cabang primer itu tumbuh disebut jorguette, yang tingginya dari permukaan tanah 1-2 meter. Ketinggian jorguette yang ideal adalah 1,2 – 1,5 meter agar tanaman dapat menghasilkan tajuk yang baik dan seimbang. Dari batang maupun cabang acapkali tumbuh tunas-tunas air (chupon). Bila tunas air ini dibiarkan tumbuha akan membentuk jorket kembali. Tunas air tersebut juga menyerap banyak energi sehingga bila dibiarkan tumbuh akan mengurangi pembungaan dan pembuahan. Karena itu tunas air harus dipangkas secara berkala (Santoso, 2007).
           Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5 – 10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya. Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articLarvaion) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daun. Dengan persendian ini dilaporkan daun mampu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun bLarva memanjang (oblongus) ujung daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip dan tulang daun menonjol kepermukaan helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm, permukaan daun licin dan mengkilap (Suhaidi, 2005).
           Bunga tanaman kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (calyx) sebanyak 5 helai, dan benang sari (androecium) sejumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 cm. Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2-4 cm. Tangkai bunga tersebut tumbuh dari bantalan bunga pada batang atau cabang. Bantalan bunga pada cabang akan menumbuhkan bunga ramiflora sedangkan bantalan bunga pada batang akan menumbuhkan bunga cauliflora, yang diameter serbuk sarinya hanya 2-3 mikron (Sihotang, 2010).
           Buah kakao yang masih muda disebut cherelle, dan sampai 3 bulan pertama sejak perkembangannya akan terjadi cherelle wilt, yaitu buah muda menjadi kering dan mengeras. Kehilangan buah dapat mencapai 80% dari seluruh buah yang semula berkembang. Buah yang sudah masak disebut pod atau tongkol, warnanya bermacam-macam dan ukurannya antara 10-30 cm. Buah yang sudah masak pada umumnya memiliki 2 macam warna (Sunanto, 2002).
          

Syarat Tumbuh
           Iklim
              Kakao (Theobroma cacao L.) adalah tanaman perkebunan yang dapat tumbuh di berbagi tempat, asalkan sifat fisik dan kimiawi dapat dipenuhi. Batas geografis penanaman kakao yaitu 200LU dan 200LS, tetapi daerah kakao yang paling baik terbatas pada 100LU dan 100LS. Tanaman kakao dapat tumbuh baik pada suhu 180C-320C dengan suhu rata-rata 250C, suhu rata-rata bulanan terdingin tidak boleh kurang dari 150C. Pengaruh suhu terhadap kakao erat kaitannya dengan kertersediaan air, sinar matahari dan kelembapan. Pada suhu rendah sering meyebabkan pembungaan terlambat dan penurunan suhu dibawah 220C menyebabkan bunga terhenti (Oktaviani, 2008).
              Hal terpenting dari curah hujan yang berhubungan dengan pertamanan kakao adalah distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda dan produksi. Areal penanaman kakao yang ideal adalah di daerah-daerah bercurah hujan    1.100 – 3.000 mm per tahun. Disamping kondisi fisik dan kimia tanah, curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun tampaknya berkaitan dengan serangan penyakit busuk buah (black pods) (Sihotang, 2010).
           Tanah
              Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman adalah sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara mikro dan makro tanah, kejenuhan basa, kapasitas tukar kation (KTK), pH atau keasaman tanah, dan kadar bahan organik relatif mudah diperbaiki dengan teknologi yang ada. Sementara itu, sifat tanah yang meliputi tekstur, struktur, konsistensi, kedalaman efektif tanah (slum), dan akumulasi endapan suatu (konkresi) relatif sulit diperbaiki meskipun teknologi perbaikannya telah ada (Suhaidi, 2005).
              Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kakao mempunyai pH berkisar antara 6.0-7.0, kandungan bahan organik tanah lebih dari 4%, KTK lebih dari 24 me/100gr, dan kejenuhan basa rata-rata lebih dari 50% (Oktaviani, 2008).
Biologi Hama

           Menurut Ratmawati (2002) Penggerek Batang Kakao (Zeuzera sp)  diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Lepidoptera
Family             : Cossidae

 
Genus              : Zeuzera
Spesies            : Zeuzera sp

Telur hama Zeuzera sp berwarna kuning kemerahan atau kuning ungu dan akan berubah menjadi kuning kehitaman, menjelang menetas. Telur diletakkan dicelah kulit kayu (http://www.deptan.go.id/, 2002).


 

Larva berwarna merah cerah sampai ungu sawo matang dan panjangnya  3-5 cm. Stadium larva berkisar antara 81-151 hari. Larva menggerek batang-batang berkayu dan ranting-ranting tanaman kopi serta pada tanaman yang masih muda setidaknya 3 bulan dan cabang berdiameter 3 cm. Liang gerekan berukuran panjang 40-50 cm dan diameter 1-1,2 cm yang melingkari batang dalam kulit sekunder, sehingga bagian atas cabang itu mati dan mudah patah. Serangan hama ini bias mencapai bagian tengah kayu (Ratmawati, 2002).

 


Apabila larva masih aktif didalam, maka akan terlihat adanya serbuk gerek berbentuk bLarvaan-bLarvaan kecil berdiameter 1-2 mm dengan warna coklat kemerahan yang menggerek sampai ke bagian xylem dan bergerak kearah vertical, dan atau membuat liang gerek melingkar batang. Adanya liang gerek terutama yang melingkar batang, akan membuat pohon menjadi rentan terhadap tiupan angin (Haneda dan Prat, 1999).
Pada waktu pembuatan pupa, larva akan keluar dari lubangnya. Pupa berada didalam “kamar pupa” pada liang gerekan dengan panjang 7-12 cm. Umur pupa 17-120 hari tergantung pada nilai gizi makanannya dan keadaan iklim pada waktu berkepompong. Menjelang menetas, pupa bergerak dengan gerigi yang terdapat di punggungnya turun dengan “tanduknya” ia mendorong sekat-ludah hingga membuka pintu bundar. Kemudian ia bergerak terus ke bawah sampai pada “pintu keluar” dan mendorong “daun pintu” sisa kulit yang kini sudah kering dan mudah terbuka atau relepas. Pupa terus beringsut ke luar lubang sampai kurang lebih separuh badannya menonjol keluar lubang dan menetaslah kupu-kupunya dengan meninggalkan sarung kepompongnya tetap menyumbat pada “pintu keluar” (Ratmawati, 2002).
Imago keluar dari kepompong dengan meninggalkan kulit kepompong yang menempel pada liang gerek. Tanaman inang dari Larva Zeuzera sp Adalah kakao, jati, mahoni, bungur, kosambi, kopi, kina, kapuk randu, dan jambu biji. Negara penyebar Zeuzera sp Nietn. Adalah India, Srilangka, Asia Tenggara,, Papua Nugini, dan Cina (Sunanto, 2000).



Kupu-kupunya berukuran panjang 4 cm dan 2,5 cm lebar dengan warna dominan merah. Telur diletakkan pada cokelat kulit kayu. Telur berwarna kuning ungu dan bila hendak menetas berubah warna menjadi kuning kehitaman. Penyebaran dibantu oleh parasut yang dibuat sendiri. Pada waktu menyebar persentase kematiannya cukup tinggi. Siklus hidupnya 4-5 minggu            (Siregar, dkk., 2000).
Imago berupa kupu-kupu menarik warna putih dengan bercah hitam, abdomen biasanya abu-abau. Cara meletakkan telur dilakukan dengan jalan, mengeluarkan corong penelurnya yang digerak-gerakkan kekanan dan kekiri, kedepan-belakang sambil meletakkan telur. Kemudian beristirahat sebentar dan bertelur lagi. Peneluran berlangsung 6-8 kali dalam sehari selama 5-6 hari. Jumlah telur seluruhnya antara 500-1000 butir tiap ekor kupu-kupu betina. Ngengat aktif pada malam hari (Ratmawati, 2002).

 

Gejala Serangan Hama Zeuzera sp
Larva dari serangga ini menggerek cabang-cabang tanaman kakao yang bergaris tengah sekitar 3-5 cm. Larva penggerek menyerang cabang tanaman kakao dengan cara menggerek batang pada kulit sekunder, sehingga cabang bagian atas mati atau mudah patah. Serangan pada cabang muda, pada umumnya hanya menyebabkan hambatan pertumbuhan sementara. Jika Larva itu telah keluar, batang tersebut tumbuh normal kembali. Serangan hama ini ditandai dengan adanya kotoran yang membentuk silindrik dan berwarna merah sawo matang yang dikeluarkan melalui liang gerek. Akibat dari serangan penggerek ini tanaman kakao kehilangan sebagian dari cabang-cabangnya yang produktif. Bahkan jika menyerang batang utama yang masih muda dapat mematikan tanaman budidaya (Sunanto, 2000).
Pada stadia larva dapat menyebabkan serangan penggerek batang merah. Hama Larva ini merusak bagian batang dengan cara menggerek menuju empelur (xylem) batang atau cabang. Menyerang tanaman muda. Pada permukaan batang yang baru digerek sering terdapat campuran kotoran dengan serpihan jaringan. Bila cabang terserang dipotong dan dibelah, akan Nampak lubang gerekan masuk melintang cabang, kemudian membelok kea rah pucuk membentuk terowongan-gerekan yang panjang. Akibat serangan larva penggerek batang merah ini, bagian tanaman di atas lubang gerekan akan merana, layu, kering, dan mati, sehingga menyebabkan distribusi hara dan air terganggu (Ratmawati, 2002).

 


Serangan Zeuzera sp. Menyebabkan daun mengalami nekrosis dan pucuk pada tanaman dewasa akan mati. Serangannya terutama pada cabang-cabang muda yang lembek, misalnya di sudut tangkai daun. Larva Zeuzera sp. Akan melubangi kulit kayu kemudian Larva masuk kedalamnya dan merusak berkas pembuluhnya. Larva ini dikayu mampu menggerek sampai dengan 9-30 cm dan mengeluarkan sisa gerekan berupa serbuk kayu bercampur lender. Cabang yang diserang mengalami kekeringan dan lentiselnya akan membesar sehingga akhirnya kulit kayunya retak dan pecah (Siregar, 2000).

Pengendalian Hama Zeuzera sp
-          Secara Mekanis
Batang tanaman kakao yang terserang dipotong 10 cm dibawah lubang gerak kearah pangkal batang kemudian batang dibakar diluar kebun (Hidayat, 2008). Pengendalian dapat juga dilakukan dengan cara menyumbat liang-liang gerek dengan kapas yang telah dicelupkan dalam insektisida (Sunanto, 2000)
-          Biologis
Dengan musuh alami sejenis parasitoid : Bracon zeuzerae, Isosturmia chatterjeena dan Carceria kockiana. Selain dengan musuh alami, hama ini dapat juga dikendalikan dengan jamur phatogen serangga Beuveria bossiana (Ratmawati, 2000)
-          Kultur Teknis
Pembersihan merupakan cara bercocok tanam yang paling tua dan cukup efektif untuk menurunkan populasi hama. Banyak hama yang dapat bertahan hidup atau berdiapause di sisa-sisa tanaman. Dengan mebersihkan sisa-sisa tanaman tersebut berarti kita mengurangi laju peningkatan populasi dan ketahanan hidup hama. Pada prinsipnya teknik sanitasi adalah membersihka lahan dari jenis-jenis tanaman singgang, tunggul tanaman, atau bagian-bagian tanaman berbeda (Untung, 1996).
-          Kimiawi
Faktor pengendalian ini digunakan apabila kerusakan yang disebabkan oleh serangga hama sudah melewati garis Normal. Menutup lubang gerekan hama dengan kapas yang telah diberi aturan Insektisida. Menginfus tanaman dengan insektisida sistemik, baik melalui batang maupun ujung akar (Ratmawati, 2002).



PERMASALAHAN
Larva penggerek menyerang cabang tanaman kakao dengan cara menggerek batang pada kulit sekunder, sehingga cabang bagian atas mati atau mudah patah. Serangan pada cabang muda, pada umumnya hanya menyebabkan hambatan pertumbuhan sementara Akibat dari serangan penggerek ini tanaman kakao kehilangan sebagian dari cabang-cabangnya yang produktif. Bahkan jika menyerang batang utama yang masih muda dapat mematikan tanaman budidaya.
Pada stadia larva dapat menyebabkan serangan penggerek batang merah. Hama Larva ini merusak bagian batang dengan cara menggerek menuju empelur (xylem) batang atau cabang. Menyerang tanaman muda. Bila cabang terserang dipotong dan dibelah, akan Nampak lubang gerekan masuk melintang cabang, kemudian membelok kea rah pucuk membentuk terowongan-gerekan yang panjang. Akibat serangan larva penggerek batang merah ini, bagian tanaman di atas lubang gerekan akan merana, layu, kering, dan mati, sehingga menyebabkan distribusi hara dan air terganggu.
Larva Zeuzera sp. Akan melubangi kulit kayu kemudian Larva masuk kedalamnya dan merusak berkas pembuluhnya. Larva ini dikayu mampu menggerek sampai dengan 9-30 cm dan mengeluarkan sisa gerekan berupa serbuk kayu bercampur lender.
Akibat serangan larva penggerek batang merah ini, bagian tanaman di atas lubang gerekan akan merana, layu, kering, dan mati, sehingga menyebabkan distribusi hara dan air terganggu

PEMBAHASAN
Akibat dari serangan penggerek ini tanaman kakao kehilangan sebagian dari cabang-cabangnya yang produktif. Bahkan jika menyerang batang utama yang masih muda dapat mematikan tanaman budidaya. Hal ini sesuai dengan Sunanto (2002) yang menyatakan bahwa serangan pada cabang muda, pada umumnya hanya menyebabkan hambatan pertumbuhan sementara. Jika Larva itu telah keluar, batang tersebut tumbuh normal kembali. Serangan hama ini ditandai dengan adanya kotoran yang membentuk silindrik dan berwarna merah sawo matang yang dikeluarkan melalui liang gerek. Akibat dari serangan penggerek ini tanaman kakao kehilangan sebagian dari cabang-cabangnya yang produktif. Bahkan jika menyerang batang utama yang masih muda dapat mematikan tanaman budidaya.
Pada permukaan batang yang baru digerek sering terdapat campuran kotoran dengan serpihan jaringan. Bila cabang terserang dipotong dan dibelah, akan Nampak lubang gerekan masuk melintang cabang, kemudian membelok kea rah pucuk membentuk terowongan-gerekan yang panjang. Hal ini seusai dengan Ratmawati (2002) yang menyatakan bahwa Larva penggerek menyerang cabang tanaman kakao dengan cara menggerek batang pada kulit sekunder, sehingga cabang bagian atas mati atau mudah patah. Serangan pada cabang muda, pada umumnya hanya menyebabkan hambatan pertumbuhan sementara. Jika Larva itu telah keluar, batang tersebut tumbuh normal kembali. Serangan hama ini ditandai dengan adanya kotoran yang membentuk silindrik dan berwarna merah sawo matang yang dikeluarkan melalui liang gerek.
Larva ini dikayu mampu menggerek sampai dengan 9-30 cm dan mengeluarkan sisa gerekan berupa serbuk kayu bercampur lender. Cabang yang diserang mengalami kekeringan dan lentiselnya akan membesar sehingga akhirnya kulit kayunya retak dan pecah hal ini sesuai dengan Siregar (2000) yang menyatakan bahwa Larva  Zeuzera sp. Akan melubangi kulit kayu kemudian Larva masuk kedalamnya dan merusak berkas pembuluhnya. Larva ini dikayu mampu menggerek sampai dengan 9-30 cm dan mengeluarkan sisa gerekan berupa serbuk kayu bercampur lender. Cabang yang diserang mengalami kekeringan dan lentiselnya akan membesar sehingga akhirnya kulit kayunya retak dan pecah.
Batang tanaman kakao yang terserang dipotong 10 cm dibawah lubang gerak kearah pangkal batang kemudian batang dibakar diluar kebun. Hal ini sesuai dengan Hidayat (2008) yang menyatakan bahwa Batang tanaman kakao yang terserang dipotong 10 cm dibawah lubang gerak kearah pangkal batang kemudian batang dibakar diluar kebun.


KESIMPULAN
Kesimpulan
1.      Akibat dari serangan penggerek ini tanaman kakao kehilangan sebagian dari cabang-cabangnya yang produktif.
2.      Larva Zeuzera sp. Akan melubangi kulit kayu kemudian Larva masuk kedalamnya dan merusak berkas pembuluhnya.
3.      Pada permukaan batang yang baru digerek sering terdapat campuran kotoran dengan serpihan jaringan.
4.      Larva ini dikayu mampu menggerek sampai dengan 9-30 cm dan mengeluarkan sisa gerekan berupa serbuk kayu bercampur lender.
5.      Faktor pengendalian Secara Kimiawi digunakan apabila kerusakan yang disebabkan oleh serangga hama sudah melewati garis Normal.


DAFTAR PUSTAKA
Haneda, N.F. dan Prat, A.W. 1999. Sudi Mekanisme Toleransi Leda     (Eucalyptus deglupta Blumeb) Terhadap Hama Penggerek Batang (Zeuzera coffeae) untuk Menunjang Pemuliaan Jenis. Diakses dari http://repository.its.ac.id/  pada tanggal 21 Mei 2012 Pukul 22.00 wib

Hidayat, H. 2008. Hama Penggerek Batang Tanaman Kakao.2008. Balai Besar Penelitian Tanaman Perkebunan. Kalimantan. Diakses dari http://www.deptan.go.id/ pada tanggal 20 Mei 2012 pukul 17.30 wib

http://www.deptan.go.id/. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kakao [Edisi Kedua]. Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat, Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta.

http://www.deptan.go.id/ Prospek Menggiurkan Investasi Budidaya Kakao. Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah Provinsi Kalimantan Timur. Samarinda

Nasriaty ; Firdausil, A.B. ; dan Yani, A. 2008. Teknologi Budidaya Kakao. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Balitbang Peranian. Jakarta. http://www.deptan.go.id/ diakses pada tanggal 19 Mei 2012 pukul 14.30 wib

Oktaviani, W. 2008. Peningkatan Produksi Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Melalui Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Paclobutrazol pada Berbagai Konsentrasi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Ratmawati, I. 2002. Penggerek Batang Merah (Zeuzera coffeae)  pada Tanaman Kopi. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. Diakses dari http://repository.its.ac.id/ pada tanggal 19 Mei 2012 pukul 21.30

Santoso, B. 2007. Mekanisme Budidaya Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) pada Lahan eks PT Perkebunan Nusantara XI dengan Teknik Tumpang Sari. diakses dari http://repository.its.ac.id/ pada tanggal 21 Mei 2012 Pukul 19.30 wib

Sihotang, B. 2010. Kakao [Artikel-Budidaya Tanaman]. Bogor Agriculture Institute e-repository. diakses dari http://repository.ipb.ac.id/  pada tanggal 18 Mei 2012 pukul 20.00 wib.

Siregar, THS ; Riyadi, S. ; dan Nuareni, L. 2000. Budidaya, Pengolahan, dan Pemanasan Global Cokelat. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Sitompul, A.G. 2008. Analisis Pertanaman Kakao (Theobroma cacao L.) dengan Perlakuan Berbeda di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor. Diakses http://repository.ipb.ac.id/ pada tanggal 20 Mei 2012 pukul 17. 20 wib

Suhaidi, E. 2005. Pengembangan Budidaya Kakao dan Pengolahan Kakao. diakses http://www.scribd.bertanamkakao/0r994889 pada tanggal 19 Mei 2012 pukul 18.20 wib

Sunanto, H. 2002. Cokelat, Budidaya, Pengolahan Hasil Studi dan Aspek Ekonominya. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Untung, K. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University. Yogyakarta.

1 komentar: