PADA TANAMAN KUBIS
(Brassica
oleracea L.)
LAPORAN
Oleh:
MIRANDA
AMALIA NASUTION
110301065
AGROEKOTEKNOLOGI
LABORATORIUM
DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB HAMA
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
HAMA ULAT KROP KUBIS (Crocidolomia pavonana F.) (Lepidoptera:Pyralidae)
PADA TANAMAN KUBIS (Brassica
oleracea L.)
LAPORAN
Oleh:
MIRANDA
AMALIA NASUTION
110301065
AET
Makalah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Mengikuti Praktikal Test di Laboratorium
Dasar Perlindungan Tanaman Sub Hama
Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan
Ditugaskan
Oleh:
Dosen
Penanggungjawab Laboratorium
(Ir.
Fatimah Zahara)
NIP
: 1959 0710 1989 032001
Disetujui Oleh : Diperiksa
Oleh :
Asisten Koordinator Asisten
Korektor
(Ruomenson D. J Bakara) (Ary Hutama Samosir)
NIM: 080302037 NIM:
080302005
LABORATORIUM
DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB HAMA
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena-Nya lah kita masih dapat merasakan indahnya ilmu
pengetahuan. Dan karena-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun judul laporan
adalah Hama Ulat Krop Kubis (Crocidolomia pavonana F.) (Lepidoptera:Pyralidae) Pada Tanaman Kubis (Brassica oleracea L.). Pembuatan
laporan ini bertujuan sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian
Praktikal Test di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Hama Fakultas
Pertanian Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ir. Fatimah Zahara., selaku dosen
penanggung jawab Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Hama, serta para
asisten yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa
laporan ini belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Medan, 23 Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR
GAMBAR ................................................................................. iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................................. 1
Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
Kegunaan Penulisan ...................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ............................................................................................. 3
Syarat Tumbuh .............................................................................................. 4
Iklim ................................................................................................... 4
Tanah ................................................................................................. 5
Biologi Hama ..................................................................................... 6
Gejala Serangan.................................................................................. 8
Pengendalian...................................................................................... 9
PERMASALAHAN .................................................................................. 11
PEMBAHASAN ........................................................................................ 13
KESIMPULAN ......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 15
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebelum dibudidayakan kubis
merupakan tumbuhan liar disepanjang Pantai Laut Tengah, Inggris, Denmark, dan
pantai barat Perancis sebelah utara. Kubis yang tumbuh liar ini sering disebut
gulma. Kubis telah dikenal manusia sejak tahun 2.500-2.000 sebelum Masehi. Oleh
orang Mesir dan Yunani Kuno, tanaman kubis sangat dipuja dan dimuliakan. Dalam
perkembangan selanjutnya, kubis dibudidayakan di Eropa sekitar abad ke-9
Masehi. Di Amerika, kubis mulai ditanam ketika para imigran Eropa menetap di
benua itu. Pada abad ke-16 atau ke-17, kubis mulai ditanam di Indonesia. Pada
abad tersebut orang Eropa mulai berdagang dan menetap di Indonesia. Sekarang,
penanaman kubis sebagai komoditas sayuran telah tersebar luas di seluruh
Indonesia (Pracaya,2001).
Dasar Perlindungan Tanaman
merupakan cara untuk mencegah adanya hama dan penyakit yang dapat merusak
tanaman sehingga menurunkan hasil dari tanaman tersebut. Perlindungan tanaman
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan cara kultur teknis,
Mekanis, penggunaan musuh alami atau dengan pengendalian hama terpadu (PHT)
yang sedang digalakkan pemerintah (Ahmad, 2007).
Kubis menghendaki cukup
air akan tetapi tidak menghendaki adanya hujan lebat yang terus-menerus. Curah
hujan yang baik antara 100-1500 mm/th dengan kelembaban optimal antara 60-100%
(Sunarjono, 1980). Penanaman kubis pada musim hujan lebih menguntungkan karena
adanya air yang cukup mengingat tanaman ini memerlukan air cukup banyak uantuk
pertumbuhannya. Untuk kubis muda membutuhkan 300 cc air/hari, sedangkan setelah
dewasa memerlukan 400-500 cc/hari. Produksi hasil-hasil pertanian mengalami
kereugian yang sangat besar akibat serangan serangga pada tanaman budidaya. Hal
ini disebabkan adanya kemampuan adaptasi dan daya persaingan yang tinggi yang
dimiliki oleh serangga. Salah satu masalah yang dihadapi dalam budidaya tanaman
kubis yakni adanya serangan hama. Kehilangan hasil tanaman kubis akibat
serangan hama P. xylostella dan C. binotalis dapat mencapai 100% (Santosa dan
Sartono, 2007).
Serangan hama dan penyakit merupakan
faktor pembatas produksi yang masih berpengaruh besar dalam budidaya kubis. Selain menyerang
tanaman serangga juga dapat berperan sebagai vector penyakit yang berbahaya.
(Hadiwigeno,1992)
Ulat crop (Crocidolomia
binotalis Zell.)merupakan hama yang penting pada tanaman kubis. Munculnya
hama ini pada pertanaman kubis merupakan ancaman yang serius bagi petani. Pada
tahun 1998 Balai Proteksi Tanaman Pangan & Hortikultura V melaporkan ulat
crop (C. binotalis) merupakan hama yang menempati urutan pertama penyebab
kerusakan tanaman kubis di Jawa Tengah. Serangan hama ini mengakibatkan
turunnya produksi mencapai 50 persen per hektar. Serangan C.binotalis pada
tanaman kubis sampai sekarang belum dapat diatasi secara memuaskan, meskipun
pengendalian kimia telah dilakukan secara intensif. (http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains)
Tujuan
Penulisan
Laporan
bertujuan untuk mengetahui secara spesifik hama ulat krop kubis (Crocidolomia
pavonana. F) yang mengganggu
komoditi tanaman kubis (Brassica oleracea) beserta cara pengendaliannya.
Kegunaan Penulisan
-
Kegunaan penulisan adalah sebagai salah
satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Dasar
Perlindungan Tanaman Sub Hama Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan.
-
Sekaligus menjadi bahan informasi bagi
pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Tanaman
Adapun
sistematika tanaman kubis (Brassica
oleracea L.) menurut Rukmana (2010) adalah
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub
divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Papavorales
Famili : Cruciverae (Brassicaceae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica
oleracea L. var. capitata L.
Kembang kol (Brassica oleracea) adalah salah satu anggota keluarga kubis.
Disebut demikiankarena bagian tanamanyang dimanfaatkan adalah bunganya. Kembang
kol merupakan bunga yang tersusun dari rangkaian bunga kecil bertangkai pendek;
tersusun padat; berdaging serta berwarna putih bersih, putih kecoklatan atau
kekuningan.
(Novary,1997)
Kubis merupakan tanaman setahun atau
yang berbentuk perdu. Rasa daunnya segar, renyah dan sedikit pedas. Kubis dapat
digunakan sebagai sayur, lalab maupun bahan pelengkap masakan yang lain.
(Sutarya
dkk, 1995)
Dalam bahasa latin diberi nama Brassica oleraceovar. Penanaman biasanya
menggunakan biji, namun ada kol yang dibiakkan dengan tunas atau stek. Kubis
jenis ini disebut dengan kubis layur. Selain kubis putih dan kubis layur ada
pula yang disebut dengan kubis daun (Brassica
aleracia forma). Kubis jenis ini paling mudah menanamnya, dapat tumbuh
dengan baik di daratan rendah maupun di pegunungan. Kubis daun hanya di ambil
daunnya saja karena kubis ini tidak dapat membentuk telur seperti kubis
lainnya. Kubis ini dijual dalam bentuk daun yang disusun dalam ikatan. (Mulyono,
2012)
Kubis bunga termasuk tanaman yang
mempunyai batang agak pendek, daunnya berbentuk bujur telur atau panjang dan
bergerigi, tangkai bunga dan pangkal daun menebal, serta menghasilkan massa
bunga yang berwarna putih dan lunak. Daun kubis bunga umumnya lebih panjang dan
lebih sempit dibanding kubis krop. Daun daun yang tumbuh sebelum terbentuk
massa bunga, umumnya berukuran kecil dan melengkung untuk melindungi bunga. (Rukmana,
2012)
Syarat Tumbuh
Iklim
Kubis bunga biasa tumbuh pada daerah yang bersuhu antara
20-25ºC. Suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan bunganya terganggu. Sedangkan suhu optimum untuk
pertumbuhannya adalah 17ºC. (Splittstoesser, 1984).
Curah hujan yang cukup sepanjang tahun dapat
mendukung kelangsungan hidup tanaman karena ketersedian air tanah yang
mencukupi. Tanaman Kubis tergolong tanaman yang tahan terhadap curah hujan,
sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup
baik. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman Kubis adalah 1000-1500
mm/tahun. Akan tetapi tanaman kubis yang tidak tahan terhadap air yang
menggenang (Ahmad, 2007).
Di daerah sub tropisyang udaranya
dingin, bunga akan keluar dari ketiak daun. Bunga terdiri dari 4 helai daun
kelopak berwarna hijau, 4 helai daun mahkota bnerwarna kuning muda, 4 helai
benangsari bertangkai panjang, 2 helai benang sari bertangkai pendek dan 1 buah
putik yang beruang dua. Buah berbentuk polong, panjang dan ramping berisi biji.
Biji berbentuk bulat kecil berwarna coklat sampai kehitam-hitaman (Santosa dan
Sartono, 2007).
Tanah
Kubis dapat ditanam hampir di semua jenis tanah. Tanah
yang ideal untuk kubis adalah andosol dengan tekstur liat berpasir dengan
kandungan bahan organik tinggi (>1%). Dengan drainase baik dan tidak
tegenang. Lalu pH tanah antara 4.3-6.5 dan yang optimal adalah pada pH 5.5-6.5.
(deptan.go.id , 2000).
Pada pH tanah yang rendah akan menyebabkan
terjadinya gangguan pada penyerapan hara oleh tanaman sehingga secara
menyeluruh tanaman akan terganggu pertumbuhannya. Di samping itu, kondisi tanah
yang masam (kurang dari 5,5), menyebabkan beberapa unsur hara , seperti
magnesium, boron (B), dan molbdenium (Mo), menjadi tidak tersedia dan beberapa
unsur hara, seperti besi (Fe), alumunium (Al), dan mangan (Mn) dapat menjadi racun
bagi tanaman. Sehingga dengan demikian bila kubis ditanam dengan kondisi yang
terlalu masam, tanaman akan menderita penyakit klorosis dengan menunjukkan
gejala daun berbintik-bintik kuning dan urat-urat daun berwarna perunggu dan
daun berukuran kecil dan bagian tepi daun berkerut (Ahmad, 2007).
Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap
ketersediaan hara didalam tanah, aktifitas kehidupan jasad renik tanah dan
reaksi pupuk yang diberikan ke dalam tanah. Penambahan pupuk ke dalam tanah
secara langsung akan mempengaruhi sifat kemasamannya, karena dapat menimbulkan
reaksi masam, netral ataupun basa, yang secara langsung ataupun tidak dapat
mempengaruhi ketersediaan hara makro atau hara mikro. Ketersediaan unsur hara
mikro lebih tinggi pada pH rendah. Semakin tinggi pH tanah ketersediaan hara
mikro semakin kecil (Santosa dan Sartono, 2007).
Biologi
Hama
Menurut Juma (1997), Ulat Crop diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kindong :
Animalia
Phylum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Lepidoptera
Family :
Pytalidae
Genus :
Crocidolomia
Spesies :
Crocidolomia binotalis Zell.
Telur
berukuran 5 mm dan biasanya berkumpul berkisar antara 10-300 butir dalam satu
daun. Telur berwarna hijau cerah dan muda berkamuflase pada daun. Telur biasanya
diletakkan pada bagian bawah daun(Ahmad, 2007).
Larva instar satu bersifat
gregarious, memakan daun pada permukaan bawah dnegan menyisakan lapisan
epidermis atas. Larva menghindari cahaya. Kepala larva instar awalnya berwarna
hitam kecoklatan dengan tubuh berwarna hijau. Warna larva bervariasi, umumnya
berwarna hijau dengan batas garis dorsal dan lateral berwarna kekuningan.
Panjang larva sekitar 18 mm (Purnamasari, 2006).
Larva berukuran berkisah antara 18-25mm
dan memiliki kepala hitam serta warna hijau pada tubuhnya tergantung corak daun
yang mereka makan.Biasanya ulat berada pada bagian bawah daun karena mereka
cenderung menghindari cahaya. Pada hari keempat dan kelima larva akan memakan
daun dari bagian bawah dan akan menyebabkan kerusakan yang parah pada daun
sebelum ulat bergerak pada pusat tanaman (Ahmad, 2007).
Panjang berkisar antara
8.5 sampai 10.5mm dan berbentuk bulat dengan berwarna hijau cerah dan coklat
gelap, pupa biasanya diselubungi oleh tanah (Ahmad, 2007). Pupa terdapat pada
kokon yang terbuat dari butiran tanah dan membentuk lonjong dengan stadium 9
hari (Wahyuni, 2006).
Ngegat
jantan umumnya berukuran lebih besar daripada betinanya. Jantan berukuran
20-25mm dan betina 8-11mm. Pada betina dan jantan mempunyai warna coklat pada
bagian sayap. Jantan pada umumnya mempunyai warna yang lebih cerah. Pada siang
hari ngengat akan besembunyi pada bagian tubuh pohon dan aktif pada malam hari
(Ahmad, 2007). Imago memiliki sayap dengan bintik putih dan sekumpulan sisik
berwarna kecoklatan. Imago betina dapat hidup selama 16-24 hari. Pengendalian
yang dapat dilakukan secara mekanis dengan mengumpulkan larva dengan tangan
(Wahyuni, 2006).
Gejala Serangan
Ulat
Crop kubis (Crocidolomia binotalis Zell.) sering menyerang titik tumbuh
sehingga sering disebut ulat jantung kubis. Ulatnya kecil berwarna hijau lebih
besar dari ulat tritip,jika sudah besar garis-garis coklat,jika diganggu agak
malas untuk bergerak. Larva muda bergerombol di permukaan bawah daun kubis dan
meninggalkan bercak putih pada daun yang dimakan.Larva instar ketiga sampai
kelima memencar dan menyerang pucuk tanaman kubis sehingga menghancurkan titik
tumbuh. Akibatnya tanaman mati atau batang kubis membentuk cabang dan beberapa
crop yang kecil-kecil. Ulat krop dikenal sebagai hama yang sangat rakus secara
berkelompok dapat menghabiskan seluruh daun dan hanya meninggalkan tulang daun
saja. Pada populasi tinggi terdapat kotoran berwarna hijau bercampur dengan
benang-benang sutera. Ulat krop juga masuk dan memakan krop sehingga tidak
dapat dipanen sama sekali. (Ahmad, 2007).
Larva
muda memakan daun dan meninggalkan lapisan epidermis yang kemudian berlubang
setelah lapisan epidermis kering. Setelah mencapai instar ketiga larva memencar
dan menyerang daun bagian lebih dalam menggerek ke dalam krop dan menghancurkan
titik tumbuh sehingga tanaman akan segera mati (http://web.entomology.cornell.edu/).
Ulat
ini biasanya ditandai dengan adanya kumpulan kotoran pada daun kubis dan krop
menjadi berlubang-lubang yang menyebabkan kualitas hasil panennya menurun.
Serangan utama C. binotalis yaitu pada bagian dalam yang terlindungi daun
hingga mencapai titik tumbuh. Kalau serangan ini ditambah lagi dengan serangan
penyebab penyakit, tanaman bisa mati karena bagian dalamnya menjadi busuk
meskipun dari luar kelihatannya masih baik (Santosa dan Sartono, 2007).
Pada
waktu siang hari bila ada gangguan imago akan terbang untuk mencari
perlindungan. Kupu-kupu bertelur dalam satu kelompok dengan ukuran 2,5 x 3 – 4
x 5 mm. Kupu-kupu betina umurnya dapat mencapai 16 – 24 hari dan menghasilkan
11 – 18 butir telur. Setiap kelompoknya terdiri dari 30 – 80 butir telur
(Pracaya, 2001).
Pengendalian Hama Ulat Crop
Menurut Ahmad (2007) Pengendalian
yang dapat dilakukan adalah (1) Melakukan sanitasi Kebersihan kebun, yaitu
dengan membersihkan kebun dari bahan-bahan organic yang bisa membusuk yang
dapat menjadi sarang tempat hama ini bertelur. (2) Melakukan pola tanam dan
pengaturan jarak tanam, jangan menanam dua jenis tanaman yang disukai ulat crop
berdekatan. (3) Secara biologis, yaitu dengan menggunakan musuh alami dari hama
ini, (4) Secara mekanis dengan menangkapi langsung hama ini dan di musnahkan.
(5) Melakukan pemangkasan agar lingkungan tajuk tidak terlalu rimbun. (6) Melakukan
pemangkasan terhadap tanaman yang terserang berat. (7) Dengan menggunakan
perangkap yaitu berupa perangkap cahaya. (8) Membuat persemaian di tempat yang
tidak terlindung atau mengurangi naungan. (9) Secara kimia, yaitu dengan
penggunaan Insektisida alami seperti akar tuba, daun pucung tembakau dan
lengkuas dan disemprotkan pada pada daun, batang dan bagian lainnya yang belum
terserang.
PERMASALAHAN
Ulat jantung (Crocidolomia binnotalis)
merupakan hama yang penting pada tanaman kubis. Munculnya hama ini pada
pertanaman kubis merupakan ancaman yang serius bagi petani. Pada tahun 1998
Balai Proteksi Tanaman Pangan & Hortikultura V melaporkan ulat jantung
kubis merupakan hama yang menempati urutan pertama penyebab kerusakan
tanaman kubis.
Selanjutnya
disampaikan bahwa pada tanaman kubis sampai sekarang belum dapat diatasi secara
memuaskan, meskipun pengendalian kimia telah dilakukan secara intensif. Tanaman kubis (Brassica oleraceae var. capitata L.)
merupakan tanaman sayuran yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, baik itu
kalangan konsumen maupun para petani. Kubis merupakan tanaman sayuran yang
sekarang telah banyak diusahakan para petani di pedesaan Indonesia dan telah
dijadikan salah satu andalan sumber nafkah para petani untuk meningkatkan taraf
hidup.
Hasil rata-rata produksi kubis di Indonesia tergolong
masih rendah, yaitu berkisar 10 -15 ton per ha. Dibandingkan dengan
negara-negara penghasil kubis lainnya seperti Nederland, ± 36 ton per ha dan
Amerika Serikat ± 25 ton per ha. Di Provinsi Sulawesi Utara sendiri yang
merupakan daerah pertanaman sayuran yang cukup besar di kawasan Indonesia Timur
memiliki rata-rata produksi hanya 12 ton per ha. Rendahnya produksi
tanaman kubis di Sulawesi Utara selain disebabkan oleh sistem bercocok tanam
yang masih bersifat konvensional juga oleh adanya serangan hama terutama hama ulat
crop ini karena bersifat merusak.
Ulat
ini biasanya ditandai dengan adanya kumpulan kotoran pada daun kubis dan krop
menjadi berlubang-lubang yang menyebabkan kualitas hasil panennya menurun.
Serangan utama C. binotalis yaitu pada bagian dalam yang terlindungi daun
hingga mencapai titik tumbuh. Kalau serangan ini ditambah lagi dengan serangan
penyebab penyakit, tanaman bisa mati karena bagian dalamnya menjadi busuk
meskipun dari luar kelihatannya masih baik.
Serangan
hama dan penyakit merupakan faktor pembatas produksi yang masih berpengaruh
besar dalam budidaya kubis. Selain
menyerang tanaman serangga juga dapat berperan sebagai vector penyakit yang
berbahaya.
PEMBAHASAN
Dari
hasil pengamatan didapati bahwa Pada tanaman kubis yang pada serangan berat
ulat crop akan dapat merusakkan hampir keseluruhan dari bagian tanaman kubis
karena ulat ini langsung menyerang ke titik tumbuh tanaman. Hal ini sesuai
dengan literature yang dikemukakan oleh Ahmad (2007) yang menyatakan bahwa pada
tanaman kubis yang diserang hebat akan menjadi rusak. Cara makan larva yang
rakus dan mampu menghabiskan seluruh daun kubis merupakan alas an yang
menyebabkan ulat ini menjadi hama utama pada kubis.
Dari
hasil pengamatan didapati bahwa untuk mengendalikan hama ini diperlukan tehnik
tehnik tertentu misalnya secara mekanis, biologis dan kimiawi. Hal ini sesuai
dengan literature yang dikemukakan oleh Santosa dan Sartono (2007) yang
menyatakan bahwa Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain Secara biologis,
yaitu dengan menggunakan musuh alami dari hama ini, sepertiTabuhan Trichograma
sp. Lalat sturmiopsis inferens Townsend, Secara kimia, yaitu dengan penggunaan
Insektisida alami, Secara mekanis dengan menangkapi langsung hama ini dan di
musnahkan.
Dari
hasil pengamatan didapati bahwa gejala serangan pada hama ini terlihat Mula
mula Larva muda bergerombol di permukaan bawah daun kubis dan meninggalkan
bercak putih pada daun yang dimakan. Larva instar ketiga sampai kelima memencar
dan menyerang pucuk tanaman kubis sehingga menghancurkan titik tumbuh.
Akibatnya tanaman mati atau batang kubis membentuk cabang dan beberapa crop
yang kecil.
Kubis bunga biasa tumbuh
pada daerah yang bersuhu antara 20-25ºC. Hal ini Sesuai dengan Ahmad (2007) yang
menyatakan bahwa Kubis bunga biasa tumbuh pada daerah yang bersuhu antara
20-25ºC. Suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan bunganya terganggu.
KESIMPULAN
1. Kubis (Brassica
oleracea. ) merupakan tanaman hortikultura
2. Hama
ulat krop (crocidolomia binotalis.) merupakan hama utama bagi tanaman
kubis
3. Biologi
hama crocidolomia binotalis.adalah, telur, ulat, dan imago
4. Gejala
serangan yang ditimbulkan crocidolomia binotalis. terlihat pada
Larva muda bergerombol di permukaan bawah daun kubis dan meninggalkan bercak putih
pada daun yang dimakan.
5. Pada
serangan yang berat menyabebkan tanaman kubis menjadi rusak diseluruh bagian
dan dapat menurunkan produksi tanaman dalam jumlah yang besar
6. Pengendalian
yang dapat dilakukan antara lain: kebersihan kebun, mengatur pola tanam,
pennggunaan pestisida alami, dengan musuh alami, dan dengan menangkap langsung
hama ini dll.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, H. 2007. Laporan Hama Ulat Crop (Crocidolomia binotalis Zell.) (Lepidoptere : Pyralidae) pada
Kubis (Brassica oleracea L.). Dizited by IPB e-repository copy
right. Diakses dari http://repository.ipb.ac.id/ pada
tanggal 22 Mei 2012
Hadiwigeno, R. W. 2007. Pengenalan Hama dan
Penyakit Tanaman Hortikultura. ITSN e-repository. Diakses dari http://repository.its.ac.id/ pada
tanggal 22 Mei 2012
http://web.entomology.cornell.edu/ diakses
pada tanggal 22 Mei 2012
http://www.deptan.go.id/keefektifantanah/ diakses
pada tanggal 22 Mei 2012
http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/ diakses
pada tanggal 22 Mei 2012
Jumar, 1997. Entomologi Pertanian. Rineka
Cipta. Jakarta.
Mulyono, A. G. S. 2012. Pengaruh Pemberian
Perlakuan Berbeda terhadapat Tanaman Kubis dalam lahan Rumah Kaca dengan teknik
Invitro. Program Studi Agronomi dan Hortikultura, IPB. Bogor.
Novary, T. S. 1997. Bertanam Kubis. Penebar
Swadaya. Jakarta
Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tanaman.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Purnamasari, RD.A.W. 2006. Keefektifan CRY1B
dan CRY1C Bacillus thuringiensis B. terhadap Ptutella xylostella L. (Lepidoptera:Yponomeutidae)
dan Crocidolomia pavonana L. (Lepidoptera:Pyralidae). Program
Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Rukmana, H. 2010. Analisis Perkembangan Tanaman
Hortikultura Kubis di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor. Diakses dari http://repository.ipb.ac.id/ pada
tanggal 22 Mei 2012
Rukmana, H. 2012. Analisis Perkembangan Tanaman
Hortikultura di Indonesia Bagian Tengah. Program Studi Agronomi dan
Hortikultura, IPB. Bogor.
Santosa, J dan Sartono, S. 2007. Laporan
Penelitian Kajian Insektisida Hayati terhadap Daya Bunuh Ulat Ptutella xylostell dan Crocidolomia binotalis pada Tanaman
Kubis Crop. Balai Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pertanian RI.
Jakarta. Diakses dari http://www.deptan.go.id/ pada
tanggal 22 Mei 2012.
Spittstoesser, G.D. 1984. The Analitycal of
Pest Control. University of California. San Fransisco.
Sutarya, A.J., Sartika, F.S., dan Junaidi, A.S.
1995. Perkembangan Pertumbuhan Tanaman Hortikultura Kubis di Kebun Percobaan
Institut Pertanian Bogor. Diakses dari http://repository.ipb.ac.id/ pada
tanggal 22 Mei 2012
Wahyuni, S. 2006. Perkembangan Hama dan
Penyakit Kubis dan Tomat pada Tiga Sistem Budidaya Pertanian di Desa Sukagalih
Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, IPB. Bogor.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusbenar gak tuh famili Crocidolomia pavonana Pyralidae??
BalasHapus