PENYAKIT HAWAR DAUN
(Phytophthora infestans (Mont.) de Bary)
PADA TANAMAN TOMAT (Solanum tuberosum L.)
MAKALAH
Oleh :
Muhammad Habib
Sampurno
110301072
AGROEKOTEKNOLOGI
1
LABORATORIUM
DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
PENYAKIT HAWAR DAUN
(Phytophthora infestans (Mont.) de Bary)
PADA TANAMAN TOMAT (Solanum tuberosum L.)
MAKALAH
Oleh :
Muhammad Habib
Sampurno
110301072
AGROEKOTEKNOLOGI
1
Makalah Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti
Praktikal Tes di
Laboratorium Dasar
Perlindungan
Tanaman Sub Penyakit
Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Ditugaskan Oleh :
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium
(Ir. Mukhtar
Iskandar Pinem, M.Agr.)
NIP
: 1953 0129 1979031001
Disetujui Oleh Diperiksa Oleh
Asisten
Koordinator Asisten Korektor
(Muklis Adi Putra ) (Nugraha Pratama Dhana)
NIM : 080302017 NIM : 090301012
LABORATORIUM
DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun
judul dari makalah ini adalah “Penyakit Hawar Daun
(Phytophthora infestans (Mont.) de Bary) pada Tanaman Tomat (Solanum tuberosum L.)” yang merupakan syarat
untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Dasar
Perlindungan Tanaman Sub Penyakit Program
Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ir. Lahmuddin Lubis, MP ; Ir Mukhtar
Iskandar Pinem, M.Agr ; Ir. Marheni, MP ; Ir. Mena Uly Tarigan, MS selaku
dosen mata kuliah dan dosen pembimbing Dasar Perlindungan Tanaman dan juga kepada Abang dan Kakak asisten yang
telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.
Medan, April 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR
GAMBAR........................................................................................... iii
PENDAHULUAN................................................................................................. 1
Latar Belakang............................................................................................... 1
Tujuan Penulisan............................................................................................. 2
Kegunaan
Penulisan....................................................................................... 2
TINJAUN PUSTAKA.......................................................................................... 3
Botani Tanaman.............................................................................................. 3
Syarat Tumbuh............................................................................................... 5
Iklim........................................................................................................ 5
Tanah....................................................................................................... 6
Biologi Penyakit............................................................................................. 7
Gejala Serangan.............................................................................................. 8
Faktor Yang
Mempengaruhi........................................................................... 9
Pengendalian.................................................................................................. 9
PERMASALAHAN............................................................................................ 11
PEMBAHASAN.................................................................................................. 13
KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 15
Kesimpulan................................................................................................... 15
Saran............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSATAKA...................................................................................... 16
LAMPIRAN
DAFTAR
GAMBAR
No
|
Keterangan Gambar
|
Halaman
|
1.
|
Umbi Kentang yang tidak terserang penyakit Hawar
daun
|
3
|
2.
|
Jamur Phytophthora infestans (Mont.) de Bary
|
6
|
3.
|
Gejala hawar daun pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
|
7
|
4.
|
Daur menginfeksi Phytophthora infestans (Mont.) de Bary
|
8
|
Latar Belakang
Kentang
(Solanum tuberosum L.) termasuk ke dalam family Solanaceae,
ordo Tubiflorae, Sub Kelas Dycotyledoneae, Kelas Angiospermae dan
divisi Spermatophyta. Bersifat musiman, umbi dibentuk pada bagian batang yang
disebut sebagai rhizoma (Iskandar, 1997).
Tanaman
kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu
tanaman penunjang program diversifikasi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi
masyrakat. Sebagai bahan makanan, kandungan nutrisi umbi kentang dinilai cukup
baik, yaitu mengandung protein berkualitas tinggi, asam amino esensial, mineral, dan elemen-elemen
mikro, di samping juga sumber vitamin C (asam askorbat), beberapa vitamin B
(tiamin, niasin, vitamin B6), dan mineral P, Mg, dan K (Cahyadi, 2009).
Tanaman
kentang (Solanum tuberosum L.) umumnya rentan terhadap 300
jenis hama dan penyakit, baik yang disebabkan oleh virus, bakteri maupun
cendawan. Penyakit ini disebarkan melalui benih, tanah, alat-alat lapang dan
juga serangga sebagai vektor. Menurut Mendroza (1987) dalam Sugiarto (2001) tiga penyakit utama yang sangat sukar
dikendalikan adalah penyakit degenerasi virus, penyakit hawar daun (Phytophthora infestan (Mont.) de Bar) yang disebabkan
oleh fungi/jamur dan penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum).
Phytophthora infestans (Mont.) de Bary merupakan pathogen
yang tergolong kelas Oomycetes, ordo Peronosporales dan family Pythiaceae. Phytophthora infestans (Mont.) de Bary dikenal
sebagai pathogen yang menyerang tanaman kentang dengan menyebabkan timbulnya
busuk daun atau hawar daun. Penyakit ini telah menjadi perhatian serius oleh
para pemulia kentang di seluruh dunia. Penyakit ini dapat menyebabkan kegagalan
panen, penurunan hasil, kehilangan dalam penyimpanan dan peningkatan biaya
proteksi tanaman (Listanto, 2010).
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui patogen Penyakit Hawar Daun (Phytophthora infestans (Mont.) de Bary)
pada Tanaman Tomat (Solanum tuberosum L.)”
Kegunaan
Penulisan
- - Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikal tes di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Penyakit Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumtera Utara, Medan
- - Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tumbuhan
Secara taksonomi tanaman kentang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Genus : Solanaceae
Famili : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.
(Cahyadi, 2009)
Daun tanaman kentang untuk pertama kali muncul adalah
berupa daun tunggal, tetapi daun-daun yang tumbuh selanjutnya berupa daun-daun
majemuk dnegan anak daun primer dan sekunder, dimana helaian anak daun primer
dan daun sekunder ini terletak pada tangkai daun utama dalam bentuk, ukuran,
warna, dan jumlah yang berbeda-beda. Menurut Burton (1966) dalam Sugiarto (2001) bentuk daun primer bermacam-macam, yaitu
oval, oblong, ovate, obovate, dan bulat. (Sugiarto, 2001).
Batang kentang kecil, lunak, dan bagian dalamnya
berlubang serta bergabus. Bentuknya persegi dan tertutup dilapisi bulu-bulu
halus. Batang yang muncul dari mata umbi ini berwarna hijau kemerahan dan
bercabang samping. Pada dasar batang utamaakan tumbuh menjadi tanaman baru.
Dengan demikian, stolon merupakan perpanjangan dari batang. Dengan kata lain
umbi kentang merupakan batang yang membesar, sementara itu akarnya bercabang
membentuk hara makanan dari dalam tanah (Cahyadi, 2009).
Bunga tanaman kentang merupakan bunga sempurna, berwarna
putih, ungu atau merah keunguan. Bunga ini bersifat zygomorph dan mempunyai dua
jenis kelamin. Diameter bunga sekitar 3-4 cm dengan 5 petal dan sepal sehingga
bunga terbentuk warna batang dan berbentuk terompet. Benang sari melingkari
putik membentuk suatu kerucut berwarna kuning, kecuali untuk tanaman mandul
jantan, benang sari berwarna kuning terang sampai kuning hijau. Kedudukan putik
lebih rendah, sama tinggi atau lebih tinggi dari kerucut kepala sari. Tepung
sari yang berada pada kepala sari ini biasanya masak terlebih dahulu daripada
putiknya, sehiingga tanaman kentang ini melakukan penyerbukannya dengan cara
menyerbuk silang (Sugiarto, 2001).
Buah kentang erdapat dalam tandan, berbentuk bulat,
dengan ukuran sebesar kelereng, ketika muda berwarna hijau, setelah tua berubah
warna menjadi hitam. Tiap buah berisi lebih dari 500 biji berwarna putih
kekuningan, tanaman kentang akan mati setelah berbunga dan berbuah. (Cahyadi,
2009).
Umbi
kentang terbentuk sebagai pembesaran dari ujung stolon tetapi tidak semua
stolon dapat membentuk umbi. Bentuk umbi kentang dapat digunakan untuk
membedakan satu kultivar dengan yang lainnya, namun demikian bentuk umbi ini
juga dapat dipengaruhi oleh cara bertanamn, keadaan lingkungan tumbuh dan
penyakit. Lisinska Lesczynski (1989) dalam
Sugiarto (2001) mendeskripsikan bentuk umbi-umbi kentang berdasarkan
perbandingan panjang dan lebar menjadi : bulat (1,0:0,9 – 1,0:1,2 cm), bulat
oval (1,0:1,2 – 1,0 : 1,16 cm), oval (1,0:1,6 – 1,0 : 1,8 cm) oval oblong (1,0
: 1,8 – 1,0:2,0 cm) dan oblong (1,0 : >2,0 cm).
Syarat
Tumbuh
Iklim
Curah
hujan yang dibutuhkan adalah sekitar 300mm/bulan atau 1000mm/tahun. Apabila
curah hujan terlalu tinggi, umbi tanaman akan mudah tersernag penyakit, karena
tanah menjadi jenuh air. Untuk mengatasi hal ini tentu diperlukan system
drainase yang baik agar tanah tidak menjadi jenuh air (Cahyadi, 2009).
Suhu
rata-rata untuk menghasilkan produksi yang optimum adalah 16-180C,
pada suhu dingin tanaman dapat mengalami ‘frost’ (keluarnya cairan sel). Pembentukan
umbi akan terhambat apabila suhu tanah diatas 200C, bahkan setiap
kenaikan suhu 5/90C diatas suhu optimum dapat menurunkan hasil
sekitar 4% (Iskandar, 1997).
Angin
ternyata juga berpengaruh terhadap kentang. Angin yang terlalu kencang kurang
baik untuk tumbuhan berumbi. Pasalnya angin keras bisa merusak tanaman, dapat
mempercepat penularan penyakit dan vektor penyebar bibit penyakit mudah terbawa
kemana-mana (Andriani, dkk., 2010).
Tanah
Tanaman kentang toleran terhadap berbagai jjenis tanah
kecuali tanah yang kehilangan airnya tinggi, sehingga sangat penting adanya
pengairan yang baik. Tanah ber-pH antara 4,8 dan 7,0 merupakan tanah yang cocok
untuk pertanaman kentnag. Menurut Horton (1978) dalam Sugiarto (2001) tanaman pada pH dibawah 4,8 akan kekurangan
kalsium. Sehingga menyebabkan umbi bermutu jelek, sedangkan jika pada pH tinggi
umbi akan mudah terkena kudis / scab. (Sugiarto, 2001).
Biologi Penyakit
Sistematika
Penyakit Hawar Daun pada tanaman family Solanaceae (Phytophthora
infestans (Mont.) de Bary)
sebagai berikut :
Kingdom : Chromalveolata
Divisio : Eukaryota
Kelas : Oomycetes
Ordo : Peronosporales
Famili : Pyhtiaceae
Genus : Phytophthora
Spesies : Phytophthora infestans (Mont.) de Bary
(Cahyadi, 2009)
Penyakit
hawar daun sangat merusak dan sulit dikendalikan, karena P. infestans merupakan jamur pathogen yang memiliki patogenisitas
beragam. Pada umumnya pathogen ini berkembang biak secara aseksual dengan
oospora. Jamur ini bersifat heterotalik, artinya perkembangbiakan secara seksual
atau pembentukan oospora ahanya terjadi bila terjadi perkawinan silang
(matting) atanra dua isolate P.infestans
yang memiliki matting tipe beda
(Purwanti, 2002).
Peyakit
hawar daun dapat masuk kedaerah baru melalui umbi bibit terinfeksi atau tanaman
family Solanaceae seperti tomat,
cabai, dan terung yang terinfeksi. Penyakit ini menunjukkan gejala pada daun,
dimana terdapat bercak seperti basah berwarna hijau terang kemudian berubah
menjadi coklat yang kemudian seluruhnya tertutupi bercak ini. Bias juga menyerang
kentang melalui spora yang jatuh ketanah. (Sugiarto, 2001).
Gejala Serangan
Gejala pertama dari penyakit hawar daun dilapang adalah terdapatnya luka pada daun
dengan bentuk yang tidak beraturan dan berwarna gelap setelah 3-5 hari
terinfeksi. Gejala tersebut biasa terlihat pada daun-daun sebelah bawah, dekat
titik pangkal petioles atau pada bagian pinggir daun. Serangan pada pinggir
daun menyebabkan bentuk daun tidak normal, dan warna berubah terang kemudian
mati setelah beberapa hari. Serangan pada bagian batang menyebabkan daun-daun
gugur, batang terlihat terang dan kehilangan warna. Gejala serangan ini akan
terus terjadi disepangjang batang dan tetap aktif pada kondisi panas atau cuaca
kering. (Lengkong, 2008).
Serangan pada umbi menyebabkan bercak yang berwarna
coklat atau hitam ungu, masuk sampai 3-6 mm kedalam umbi dan tampak waktu
digali maupun waktu penyimpanan. Gejala lebih jelas tampaksetelah penyimpanan
dan dapat menutupi seluruh umbi, menyebabkan busuk, karena perkembangan
pathogen dan aadanya organism sekunder. Selain kentang, penyakit ini juga
menyerang tanaman tomat. (Warda, 2008).
Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit
Pembentukan
dan perkecambahan sporangium selain tergantung pada suhu dan kelembapan relatif
pada saat tersebut, juga kematangan sporangium. Sporangium dibentuk pada suhu
3-260C dengan kelembaban relative diatas 90%. Sporangium akan
berkecambah apabila ada air bebas pada permukaan infeksi dnegan suhu 10-150C,
setelah berkecambah berbentuk kecambah yang akan mempenetrasi jaringan pada
suhu 15-250C dan memerlukan waktu sekitar 2-2,5 jam, segera setelah
itu akan terbentuk miselium di dalam jaringan dnegan suhu optimum sekitar 14-210C,
suhu di atas 300C menghentikan perkembangan dari cendawan sporangium
akan kehilangan viabilitasnya setelah 3-6 jam pada kelembaban di bawah 80%
(Iskandar, 1997).
Pengendalian
Pengendalian penyakit HD sangat tergantung pada
perlakuan fungisida, yang dapat diaplikasikan sampai 18 kali permusim tanam
sehingga selain mengurangi keuntungan petani, juga sangat beresiko terhadap
kesehatan dan pencemaran lingkungan. Untuk itu dibutuhkan upaya alternative
penanggulangan penyakit hawar daun tanpa menggunakan fungisida. Sebagai contoh
Negara Equador untuk menanggulangi penyakit ini, petani mengeluarkan biaya
hingga $150 per-hektar untuk penyemprotan fungisida. Sedangkan di Indonesia
peggunaan biaya untuk fungisida $224 per-hektar. Fungisida kontak yang paling popular
digunakan adalah manozeb dan maneb, sedangkan fungisida sistemik yaitu curzate
dan acrobat. Selain itu ada juga digunakan fungisida daconil.
Pengendalian terhadap penyakit HD yang paling
efektif yang ramah lingkungan adalah dengan mengupayakan mekanisme ketahanan
yang bersifat alami. Metode klasik untuk menghasilkan tanaman yang memiliki
ketahanan terhadap penyakit yaitu dengan melibatkan gen ketahanan melalui
program pemuliaan baik dengan pemuliaan konvensional melalui hibridisasi antara
tanaman kentang budidaya yang resisten terhadap penyakit dengan tanaman kentang
tipe liar yang memiliki ketahanan alami terhadap penyakit Hawar daun, atau
melalui pendekatan teknologi DNA-Rekombinan untuk mengasilkan tanaman
transgenic yaitu dengan memasukkan gen tahan penyakit HD pada tanaman kentang
Budidaya (Lengkong, 2008).
PERMASALAHAN
Phytophthora infestans (Mont.) de Bary merupakan pathogen yang tergolong kelas
Oomycetes, ordo Peronosporales dan family Pythiaceae. Phytophthora infestans (Mont.) de Bary dikenal
sebagai pathogen yang menyerang tanaman kentang dengan menyebabkan timbulnya
busuk daun atau hawar daun. Penyakit ini telah menjadi perhatian serius oleh
para pemulia kentang di seluruh dunia. Penyakit ini dapat menyebabkan kegagalan
panen, penurunan hasil, kehilangan dalam penyimpanan dan peningkatan biaya
proteksi tanaman.
Penyakit
hawar daun sangat merusak dan sulit dikendalikan, karena P. infestans merupakan jamur pathogen yang memiliki patogenisitas
beragam. Pada umumnya pathogen ini berkembang biak secara aseksual dengan
oospora. Jamur ini bersifat heterotalik, artinya perkembangbiakan secara
seksual atau pembentukan oospora ahanya terjadi bila terjadi perkawinan silang
(matting) atanra dua isolate P.infestans
yang memiliki matting tipe beda.
Serangan
pada umbi menyebabkan bercak yang berwarna coklat atau hitam ungu, masuk sampai
3-6 mm kedalam umbi dan tampak waktu digali maupun waktu penyimpanan. Gejala
lebih jelas tampaksetelah penyimpanan dan dapat menutupi seluruh umbi,
menyebabkan busuk, karena perkembangan pathogen dan aadanya organism sekunder.
Selain kentang, penyakit ini juga menyerang tanaman tomat.
Peyakit
hawar daun dapat masuk kedaerah baru melalui umbi bibit terinfeksi atau tanaman
family Solanaceae seperti tomat,
cabai, dan terung yang terinfeksi. Penyakit ini menunjukkan gejala pada daun,
dimana terdapat bercak seperti basah berwarna hijau terang kemudian berubah
menjadi coklat yang kemudian seluruhnya tertutupi bercak ini. Bias juga
menyerang kentang melalui spora yang jatuh ketanah.
PEMBAHASAN
Phytophthora infestans (Mont.) de Bary merupakan pathogen
yang tergolong kelas Oomycetes, ordo Peronosporales dan family Pythiaceae. Phytophthora infestans (Mont.) de Bary dikenal
sebagai pathogen yang menyerang tanaman kentang. Hal ini sesuai dengan
literatur Listanto
(2010) yang menyatakan bahwa Phytophthora infestans (Mont.) de Bary merupakan pathogen yang tergolong kelas
Oomycetes, ordo Peronosporales dan family Pythiaceae. Phytophthora infestans (Mont.) de Bary dikenal
sebagai pathogen yang menyerang tanaman kentang dengan menyebabkan timbulnya
busuk daun atau hawar daun. Penyakit ini telah menjadi perhatian serius oleh
para pemulia kentang di seluruh dunia. Penyakit ini dapat menyebabkan kegagalan
panen, penurunan hasil, kehilangan dalam penyimpanan dan peningkatan biaya
proteksi tanaman.
Penyakit
hawar daun sangat merusak dan sulit dikendalikan, karena P. infestans merupakan jamur pathogen yang memiliki patogenisitas
beragam. Hal ini sesuai dengan literatur Purwanti (2002) yang menyatakan bahwa
Penyakit hawar daun sangat merusak dan sulit dikendalikan, karena P. infestans merupakan jamur pathogen
yang memiliki patogenisitas beragam. Pada umumnya pathogen ini berkembang biak
secara aseksual dengan oospora.
Gejala
pertama dari penyakit hawar daun
dilapang adalah terdapatnya luka pada daun dengan bentuk yang tidak
beraturan dan berwarna gelap setelah 3-5 hari terinfeksi. Gejala tersebut biasa
terlihat pada daun-daun sebelah bawah, dekat titik pangkal petioles atau pada
bagian pinggir daun. Serangan pada pinggir daun menyebabkan bentuk daun tidak
normal, dan warna berubah terang kemudian mati setelah beberapa hari. Hal ini
sesuai dengan literatur Lengkong (2008) yang menyatakan bahwa Gejala pertama
dari penyakit hawar daun dilapang adalah
terdapatnya luka pada daun dengan bentuk yang tidak beraturan dan berwarna
gelap setelah 3-5 hari terinfeksi. Gejala tersebut biasa terlihat pada
daun-daun sebelah bawah, dekat titik pangkal petioles atau pada bagian pinggir
daun. Serangan pada pinggir daun menyebabkan bentuk daun tidak normal, dan
warna berubah terang kemudian mati setelah beberapa hari. Serangan pada bagian
batang menyebabkan daun-daun gugur, batang terlihat terang dan kehilangan
warna.
Pembentukan
dan perkecambahan sporangium selain tergantung pada suhu dan kelembapan relatif
pada saat tersebut, juga kematangan sporangium. Sporangium dibentuk pada suhu
3-260C dengan kelembaban relative diatas 90%. Hal ini sesuai dengan
literatur Iskandar (1997) yang menyatakan bahwa Pembentukan dan perkecambahan
sporangium selain tergantung pada suhu dan kelembapan relatif pada saat
tersebut, juga kematangan sporangium. Sporangium dibentuk pada suhu 3-260C
dengan kelembaban relative diatas 90%.
Pengendalian terhadap penyakit HD yang paling
efektif yang ramah lingkungan adalah dengan mengupayakan mekanisme ketahanan
yang bersifat alami. Metode klasik untuk menghasilkan tanaman yang memiliki
ketahanan terhadap penyakit yaitu dengan melibatkan gen ketahanan melalui
program pemuliaan baik dengan pemuliaan konvensional melalui hibridisasi antara
tanaman kentang budidaya yang resisten terhadap penyakit dengan tanaman kentang
tipe liar yang memiliki ketahanan alami terhadap penyakit Hawar daun. Hal ini
sesuai dengan literatur Lengkong (2008) yang menyatakan bahwa Pengendalian
terhadap penyakit HD yang paling efektif yang ramah lingkungan adalah dengan
mengupayakan mekanisme ketahanan yang bersifat alami. Metode klasik untuk
menghasilkan tanaman yang memiliki ketahanan terhadap penyakit yaitu dengan
melibatkan gen ketahanan melalui program pemuliaan baik dengan pemuliaan
konvensional melalui hibridisasi antara tanaman kentang budidaya yang resisten
terhadap penyakit dengan tanaman kentang tipe liar yang memiliki ketahanan
alami terhadap penyakit Hawar daun, atau melalui pendekatan teknologi
DNA-Rekombinan untuk mengasilkan tanaman transgenic yaitu dengan memasukkan gen
tahan penyakit HD pada tanaman kentang Budidaya.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Penyakit hawar daun pada
tanaman famili Solanaceae disebabkan
oleh jamur Phytophthora infestans (Mont.) de Bary.
2.
Phytophthora infestans (Mont.) de Bary memiliki gejala serangan yaitu luka pada daun dengan bentuk yang tidak beraturan dan
berwarna gelap setelah 3-5 hari terinfeksi.
3.
Pengendalian terhadap penyakit HD yang paling efektif yang ramah
lingkungan adalah dengan mengupayakan mekanisme ketahanan yang bersifat alami.
4.
Salah satu
penyebab kendala pengendalian penyakit ini adalah suhu, iklim dan kelembaban.
Saran
Kedepannya diharapkan agar pengendalian Penyakit hawar daun (Phytophthora infestans (Mont.) de Bary) pada
tanaman famili Solanaceae khususnya
tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) agar lebih mengutamakan pengendalian
dengan cara menanam tanaman kentang budidaya yang resisten terhadap penyakit
hawar daun.
DAFTAR
PUSTAKA
Andriani,
O. ; Agustin, R. ; Romlah, S.N. ; Zulkha, V. T., 2010. Budidaya Kentang.
Diakses dari http://www.scribd.com/kentang/8528tu8twe/
pada tanggal 5 April 2012 pukul 14.00 wib
Cahyadi,
A, 2009. Simulasi Model Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum) dan Prediksi Kejadian Penyakit Hawar Daun
Kentang (Phytophthora infestans). diakses
dari http://www.repository.usu.ac.id/si/. Pada tanggal 4 April 2012 Pukul 18.00 wib.
Iskandar,
Y.S., 1997. Peranan Agens Antagonis Pseudomonas
spp. Kelompok Fluorescens Terhadap Perkembangan Penyakit Hawar Daun Kentang
(Phytophthora infestans (Mont.) de Bary). Diakses dari http://www.studentpaper.ub.ac.id/78525925/.
Pada tanggal 4 April 2012 Pukul 19.00 wib
Lengkong,
E.F., 2008. Penyakit Hawar Daun (Late Blight) : Permasalahan, Identifikasi dan
Seleksi Tanaman Tahan Penyakit. diakses dari http://www.scribd.com//kentang/42348/$%.
Pada tanggal 4 April 2012 Pukul 19.30 wib.
Listanto,
E., 2010. Ekspresi Gen RB pada Tanaman Kentang Kultivar Granola untuk
Meningkatkan Ketahanan terhadap Penyakit Hawar Daun (Phytophthora infestans (Mont.)
de Bary). Diakses dari http://www.studentpaper.ub.ac.id/78525925/.
Pada tanggal 4 April 2012 Pukul 19.00 wib
Nelson,
S.C., 2008. Late Blight of Tomato (Phytophthora
infestans). Diakses dari http://www.scribd.com//kentang/42348/$%.
Pada tanggal 4 April 2012 Pukul 19.30 wib.
Purwanti,
H, 2002. Penyakit Hawar Daun (Phytophthora
infestans (Mont.) de Bary) pada
Kentang dan Tomat : Identifikasi Permasalahan di Indonesia. diakses dari
http://repository.ipb.ac.id/. Pada tanggal 3 April 2012 pukul 17.10
wib.
Sugiarto, A, 2001. Uji Kultivar Hasil Radiasi dan
Introduksi Beberapa Kultivar Kentang (Solanum
tuberosum L.). Diakses dari
http://repository.ipb.ac.id/. Pada tanggal 3 April 2012 pukul 17.03
wib.
Warda, 2008. Hama dan Penyakit pada Tanaman Kentang di
Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. diakses dari http:/scribd/kentnag+sakit/4284728.
Pada tanggal 3 April 2012 pukul 17.07 wib.
http://www.google.co.id/imgres?um=1&hl=id&
Pada tanggal 3 April 2012 pukul 17.07 wib.
http://www.tnau.agritech.portal.com Pada tanggal 3 April 2012 pukul 17.07 wib.
http://www.google.co.id/imgres?q=gejala+hawar+daun+pada+kentang/ Pada tanggal 3 April 2012 pukul 17.07 wib.
Kalau ada referensi mengenai pengaruh jumlah inokulum terhadap perkembangan penyakit share ke saya ya?
BalasHapustanks
ada kesalahan dalam penulisan judul skripsi Solanum tuberosum = kentang, di judul ditulis tomat.
BalasHapus